Sabtu, 27 Maret 2010

'AAA'=Ada Ada Ajah

Niatannya pengen bikin anteung bocah2,mmhh...Jadinya bocah2 anteung ledek tantenya.
Banyak episode yang dilewatin ma bocah.Banyak juga senengnya,tapi ga kelewat juga mengkelnya.Tapi,tante sayang kalian.Abis kalian ngegemesin c...

Mmhh...Mulai dari anaknya mba fitri (temenny kaka) kali ya.Brynn and deidra.

Aunty : Ayo tebak! hewan apa yg hidup di laut dan punya capit?

B&D: kita tau tante jawabannya. Crab! Apa y bahasa indonesiany tante?Duh,lupa tante.Apaan ya??!
Aunty: kepiting. *senyum
sambil ngomong dalem ati "ehh...Keren bgt ni anak aktingny.Natural bgt".Sabar ji...

Episode lainnya,masih ama brynn and deidra.
B&D: Tan,lagi maen apa?
Saiah: Ga tau,ni ada di gamehouse.
Brynn: Ooo...Games ini.Aku suka maen ini ama papa.

Lantaran emg g tlalu minat ama maen gamesnya,jadiny gagal mulu ampe finish.Bukan maksud bela diri ya,tapi gamesny emang cocokny buat anak2 bukan buat saiah.
Brynn:Tan,koq mati terus sih tan *sambil niatan ngambil mouse buat gantiin saiah
Deidra dengan manisnya mencegah dan dengan manisnya pula berkata,
"Brynn,ga boleh ganggu.Tante fujinya kan masih belajar.Jadi wajar kalo mati terus.Iya kan tante?"
Entah pembelaan atau ironi,saya milih nyerah aja.
"Yaudah deh Brynn,terusin aja tante main.Tante mau baca aja..."* ngeringis dalem ati.Hiks2...

Ada episode lucu jg ama digita yang umurnya baru 2 tahun.
Tante: digita,liat deh.Bagus ya kembang apinya?*sambil nunjuk ke arah tivi yang emang saat itu lagi nampilin berita pesta kembang api di luar negeri sana.
Dan digita pun ga ngegubris.Tak lama dari itu,digita berceloteh,
"Tan,kembang apinya gus,bagus yaa..."
Saya pun kaget ketika melihat yang ditampilkan di tv.Berita yang menayangkan sebuah kilang minyak terbakar.
"Digita sayang,itu bukan kembang api.Itu kebakaran"
Digitany nyuekin.Hiks2...
Malah asyik keprok2 sambil riang berceloteh
"Bagus...Bagus..."
saya cuman bisa senyum nanggung beban.

Ama bocah, ada-ada aja cerita.

Eksistensi Seorang Mahasiswa Pertanian

"Jadi kieu teh,kan tanah disini teh beda-beda kebutuhannya.Ada yang perlu dibanyakin NPK nyah,KCL nyah.Tapi kan disini teh ga ada laboratorium tanah.Harapannya te2h bisa bantu kami."
Sepenggal kalimat tersebut serasa menjadi sebongkah batu yang membebani saya selaku mahasiswa pertanian.
Harapan-harapan akan eksistensi seorang mahasiswa dari institut pertanian kemudian satu per satu terungkap.Mulai dari bagaimana membangun desa yang mereka tinggali ketika mereka ingin bertahan dengan bernaung pada pertanian,sampai dengan bagaimana mereka menyekolahkan anak mereka dengan pertanian. Hati saya bergetar dan bertanya pada diri saya sendiri. "Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk mereka para petani?"
Akankah hari ini muncul 1 lagi pengutaraan harapan mereka???
Ya,mahasiswa apabila nantinya jadi pengambil keputusan untuk pertanian,cobalah untuk turun langsung ke lapang.Melihat bagaimana kondisi petani di Indonesia yang sebenarnya.Petani dengan lahan garapan 0,25 ha atau sebutlah petani gurem, penghasilan per hari hanya 8ribu per hari.Itu pun kalau hasilnya maksimal.
Cobalah buat kebijakan yang menguntungkan petani.Jaga harga produk pertanian.Kapan berlaku subsidi untuk hasil pertanian?
(hati kecil saya berkata,"smoga saya bisa melakukan sesuatu untuk petani kelak...Amin."

T.E.N.G.K.U.L.A.K “The Hero”

Hari kemarin ketika saya mengunjungi rumah petani non penerima PUAP, saya menanyakan “Kenapa alasan Bapak tidak mengajukan pinjaman ke LKMA?”
Jujur saja ketika Bapak tersebut mengutarakan alasannya, saya tidak terlalu heran karena pada umunya dari petani yang pernah saya kunjungi memiliki jawaban yang serupa yaitu, takut tidak bisa membayar.

Kemudian saya mencoba menjelaskan bagaimana prosedur yang dijalankan oleh LKMA, dimana
LKMA merupakan lembaga pengelola dana PUAP untuk desa tersebut. Adapun prosedur yang yang saya jelaskan adalh mengenai pola syariah yang diterapkan serta kemudahan dalam membayar dengan cara menabung, sehingga berapa pun jumlah uang yang disetorkan tidak baku.
Kemudian,berniat untuk mengakhiri kunjungan saya waktu itu, saya kembali menanyakan "Apakah Bapak berniat untuk meminjam setelah mengetahui hal ini?"
Bapak tersebut menjawab,"Nanti saya akan tanyakan pada orang LKMA, sebenarnya saya berminat. Tapi sejauh ini kebutuhan untuk bertani telah terpenuhi dari tengkulak. Ini tengkulaknya. Bapak ini mah Bos. Cuman nanti padi hasil panen harus dijual ke tengkulak. Saya saja pernah minjam sampai 600 ribu."
Kemudian sang istri petani ikut menimpali dengan, "pinjam uang ke Bapak yang satu ini, tidak seperti ke tengkulak yang lain. Apabila harga satu kwintal memang 200 ribu, tidak lantas dipotong jadi 180 ribu. Tidak seperti tengkulak yang lain"
Bapak tengkulak tersebut pun setelah cukup menyimak lama perbincangan antara saya dengan Bapak dan Ibu petani, akhirnya ikut bergabung setelah lama dirinya diperbincangkan.
"Teh, kalau saya berikir kasihan petani kalau harus jual beras ini sendiri. Kalau boleh saya tahu, apa kantor apa itu namanya (BULOG-red) bisa menerima gabah petani secara individu?"
Saya hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan bapak tengkulak tersebut, karena pada kenyataannya meskipun di kantor BULOG terpampang spanduk yang besar "KAMI SIAP MENERIMA GABAH DARI PETANI". Toh pada kenyataannya cost untuk transportasi petani tidak diperhitungkan. Wajar saja apabila Tengkulak masih menjadi TOP OF MIND para petani, terlebih pada saat panen dan masa tanam yang akan datang. Begitu seterusnya..
Untung saja ketika saya menjelaskan tentang prosedur pembiayaan di LKMA tidak coba saya bandingkan dengan pinjaman dari tengkulak. He....