Setiap orang punya pandangan masing-masing dalam mendefinisikan “BAHAGIA”. Mungkin ada yang merasa bahagia ketika dia punya jabatan yang tinggi, wajah yang rupawan, atau harta yang melimpah. Namun, apakah benar hal-hal tersebut mampu membuat kita bahagia???
Yuuk sama-sama kita menguraikan arti bahagia yang sesungguhnya…
Saya mencoba mengilustrasikannya dalam beberapa cerita. Ada orang yang merasa yakin bahwa dia akan merasa bahagia ketika menjabat pada sebuah kedudukann yang tinggi, misalnya menjadi seorang Gubernur. Dalam mewujudkan kebahagiaan yang diimpikannya, orang tersebut berupaya dengan berbagai cara, bahkan dengan cara kotor sekalipun. Ketika melihat kembali kepada peraturan yang ada, dia jelas dapat gagal total menjadi seorang gubernur. Sampai akhirnya dia menjabat menjadi seorang Gubernnur, dia merasa ketakutan akan sewaktu-waktu dia tidak lagi menduduki jabatan tersebut. kegelisahan dan ketakutannya menjadi mimpi buruk bagi orang tersebut sekalipun orang tersebut dalam keadaan terjaga. Apakah ini yang dinamakan bahagia?
Ilustrasi yang kedua saya akan gambarkan dengan cara yang berbeda ya. Hehe…
Ada wanita rupawan yang disukai banyak orang. Penampilan menjadi concern utamanya. Setiap hari selalu saja ada yang ditakutkan. Misalnya, “Duh, ada jerawat. Gimana niy? Wah, di idung lagi. Masih mending kalo di jidat masih bisa ditutupin pake poni, lha ini di idung. Masa musti pake masker. Aduuuh….gimana ni? Mana ada acara reunian lagi, tapi kalo ketemu temen-temen kan malu. Mending ga usah pergi aja deh, padahal kangen sebenernya pengen ketemu.” Nah, apakah itu dapat dikatakan bahagia? Buktinya aja Blackout ampe ngeluarin single hits resiko orang cantik, berarti ga jamin bakal bahagia kan? Kata salah seorang ustadz pernah menyampaikan, “jangan sampai khawatir akan tumbuh jerawat, dibanding tumbuh dosa! Naudzubillah…”
Berdasarkan materi yang pernah saya dapatkan. Kebahagiaan nisacaya kan kita rasakan ketika hati yakin dan istiqomah patuh terhadap Allah. Dimana keyakinan itu datangnya dari Qalbun Salim. Bersihnya hati akan kita dapatkan ketika kita menjauhkan hati kita dari hal-hal yang dapat membuatnya kotor. Ibaratnya seperti gelas kristal yang begitu berharga, kita inginkan gelas kristal tersebut tetap berkilau. Dalam menjaga kemilaunya, kita selalu membersihkannya dari debu yang menempel, menjauhkan gelas Kristal tersebut dari hal-hal yang dapat membuatnya menjadi kotor. Seperti itulah kita menjaga hati kita. Ketika suatu perbuatan atau hal dapat membuat hati kita menjadi bersih dan terjaga kemilaunya, maka jangan ragu untuk mendekatkan diri dengan hal tersebut. Sebaliknya, ketika dengan mendekatkan diri terhadap suatu perbuatan atau hal tersebut, hati kita menjadi kotor, maka jauhilah.
Semoga kita dapat menjaga hati kita dan menjadikannya Qalbun Salim, hingga akhirnya BAHAGIA pun kita dapatkan. Amiin.