Senin, 11 November 2013

Focus from one thing to another things

Kurang lebih dua minggu yang lalu percakapan ini berlangsung, ketika saya dan suami sedang dalam perjalanan menuju rumah mertua saya. Ketika itu, saya sedang bbm-an dengan sahabat saya, dia menceritakan tentang proses tes yang dia jalankan pada suatu institusi. Kemudian saya bertanya pada suami, "Sayang, aku nanti jadi apa ya? Aku nanti pindah kerja kemana ya?" dan suami saya menjawab, "cukup jadi orang yang bermanfaat. Jadi bermanfaat kan tidak ada patokannya harus menjadi apa dan dimana..."
Kemudian saya diam dan di dalam mobil  menjadi hening. Dia mungkin membaca keresahan hati saya yang sudah merasa tidak nyaman bekerja saat ini, ditambah dengan sejumlah tugas kuliah yang belum saya kerjakan. Dan dia pun menambahkan, "Sekarang kamu fokus aja dulu buat kuliah kamu. Setelah itu, baru fokus dengan yang lainnya."

Beberapa hari yang lalu pun ada lagi percakapan di dalam mobil tentang keinginan saya menyusun proposal tesis karena teman-teman saya yang lainnya sudah mulai menyusun dan bahkan ada yang sudah rampung, suami hanya berkomentar, "tugas kuliahnya udah selesai?" dan saya hanya geleng-geleng kepala. Dia tersenyum dan berkata sambil membelai kepala saya, "kamu beresin tugas kuliah baru lanjut ke proposal ya.."

Setelah merenung, memang benar yang suami saya bilang, tidak semua pekerjaan dapat kita kerjakan dalam satu waktu. Selesaikan satu persatu. Dan sepertinya untuk kembali merasakan bahwa sehari itu ada 24 jam, saya harus segera lulus kuliah. Iya benar, HARUS. Bukannya Alloh juga berfirman pada surat Al-Insyiroh ayat 7-8 yang berbunyi,
"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Jadi,target utama saya saat ini adalah LULUS KULIAH maksimal bulan April tahun 2014. 
Aamiin yaa robbal 'alamiin.

Semoga bermanfaat dan mencerahkan. :)

Minggu, 10 November 2013

Proceed to get married, pals!

Kalimat yang begitu ringan mengalir dengan pilihan kosa kata yang tidak baku namun dipikir-pikir cukup mendalam. Sabtu yang lalu, ketika berbincang dengan teman kuliah di perpusatakaan MB. Bahagia mendengarkan ceritanya bahwa dia akan segera dilamar. Ternyata sahabat saya ini merasa apa yang dialaminya seperti mimpi dan begitu mendadak. Dia menceritakan bahwa pasangannya ingin segera melamar dan menikah di awal tahun depan. Menurutnya hal ini terlalu cepat dan waktunya sangat begitu mepet. Dengan spontan saya berujar, "Lu pikir waktu yang gw butuhin buat persiapin nikah berapa lama? Kalo Alloh udah ngenilai lu siap, semua bakal jadi mudah dan lancar. Kalo misalnya lu dinilai belum siap,yakin deh dari hasil pertemuan orang tua lu nanti, bakal ada aja yang ngeganjel. Percaya deh ama gw. Lagian kalopun masalah bisa masak atau masih pengen main-main buat bergaul, itu masih bisa kok. Buktinya gw, apa iya gw udah pantes nikah? Tapi buktinya Alloh masangin gw ama hata buat  nikah. Gw yakin kalo Alloh ngepercayain ke gw untuk belajar dan gw bisa untuk ngejalaninnya. Perkara sekarang gw belum dititipin anak, gw bikin simple aja. Mungkin Alloh pengen gw belajar jadi istri yang baik dulu baru jadi ibu yang baik"

Begitu lancar saya berbicara,hal ini mungkin dikarenakan memang saya telah merasakannya. Ketika manusia memaksakan suatu kehendak namun Alloh punya skenario yang lebih indah. Alloh punya jalan untuk mengaturkan cerita yang kita jalani agar semuanya kembali menjadi apa yang dikehendakiNya. And it's proven!

Kemudian saya meyakinkan dirinya lagi untuk melanjutkan niat yang baik untuk menikah dengan meyakinkan bahwa niat baik harus secepatnya dieksekusi. Perkara pantas dan tidak pantas, siap dan tidak siap. Manusia seringkali khilaf dalam menilai. Dan semoga sahabat saya yang satu ini, semakin yakin untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Good luck, pals!

Rabu, 06 November 2013

Home Alone (my version)

Ada pepatah atau entah apa itu namanya mengatakan bahwa "lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali" atau dalam bahas inggrisnya " you never know if you never try'. Kedua kalimat tersebut pada intinya sama. Manusia seringkali ragu untuk melangkah atau melakukan sesuatu yang dinilai baru. Mungkin takut berisiko. Sebenarnya hal itu sesuatu yang sangat manusiawi.
Beberapa hari yang lalu, tanggal 3 November 2013 malam, suami saya harus pergi ke Yogyakarta untuk urusan kantor, dan baru sampai di Jakarta beberapa menita yang lalu :D (habis telponan soalnya...hehehe)
Saya terbilang cukup penakut, terlebih untuk tinggal di rumah sendirian. Minggu malam, teman kost lama saya menemani saya di rumah, tapi untuk senin dan selasa malam tidak ada yang bisa. Wajar saja karena tanggal merah, teman-teman saya menghabiskan waktu dengan keluarga mereka masing-masing.
Alhasil, senin malam sepulang dari kantor saya pergi ke tempat tinggal kakak saya di Cinere. Ffuuuiiihhhnya minta ampun. Selasa pagi saya bergegas untuk kembali ke rumah, karena siangnya ada tukang servis kulkas mau datang. Berasa banget jadi ibu rumah tangganya. Setengah hari saya habiskan untuk menyetrika pakaian (dan masih ada yang tersisa juga..:D). Kemudian setelah tukang servis datang, tetiba hujan deras, dan kakak saya yang awalnya akan menginap di rumah saya jadinya tidak bisa menemani saya.
Takut memang, tinggal di rumah sendirian untuk siang hari masih kategori "OK", tapi kalau untuk tinggal seharian  alias siang malam itu sudah masuk kategori "Maybe NOT OK".
Saya terus meyakinkan diri bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan selain Alloh. Saya terus berdo'a "A'udzu bikalimatillahit tammati min syari maa kholaq" yang artinya Ya Alloh aku berlindung pada kalimatMu dari kejahatan makhlukMu.
Suami dan mama saya khawatir, jadi mereka menghubungi saya dan terlebih suami saya yang mengecek terus kondisi saya. Khawatir kali ya istrinya tinggal sendirian. Karena sebagai orang terdekat, dia hapal betul bagaimana saya begitu penakutnya.
Tapi saya menarik hikmah dari semua ini, yang mungkin orang lain bilang hal ini sih biasa saja. Tapi menurut saya, itu langkah besar buat saya.
Rasa takut atau berani sebenarnya diri kita sendiri yang membentuk, jadi yang bisa simpulkan dan share dengan para pembaca adalah...
"Don't let the fears control yourself..."

Sekian dan semoga mencerahkan. :)