Rabu, 23 Juli 2014

My New Life

Setelah sebelumnya saya bercerita mengenai niat saya untuk resign, Alhamdulillah hal itu terwujud saat ini. Saya sudah mengajukan resign kepada atasan saya dan untuk surat resminya akan saya serahkan setelah lebaran nanti. Hmmm…. Kekhawatiran sempat hinggap kepada saya dan semoga tidak hadir lagi. Kekhawatiran apa itu? Kekhawatiran bahwa keputusan ini keliru, kekhawatiran bahwa tidak ada yang berubah setelah keputusan ini, kekhawatiran saya akan kesulitan mencari pekerjaan. Namun kekhawatiran ini sudah berkurang. Sahabat sekaligus suami saya menasehati saya untuk hanya fokus meyakinkan diri bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Benar, apalagi yang harus saya pikirkan. Keputusan sudah saya ambil, tidak mungkin saya menelan ludah sendiri. Lalu pertanyaan “aktivitas apa yang akan saya lakukan setelah saya berhenti bekerja” pun muncul. Suami saya menjawab, “beraktivitas selayaknya mahasiswa jaman S1 dulu, kamu fokus kerjakan thesis.”. Suami pun menambahkan dengan status saya sekarang sebagai seorang istri, tentunya aktivitas sebagai mahasiswa pun perlu ada penyesuaian. Saya paham akan itu. Saya akan pergi beraktivitas ke kampus setelah suami saya pergi ke kantor. Karena pada saat saya masih bekerja, saya masih sempat membuatkan sarapan bahkan terkadang saya membuatkan bekal. Dan di malam hari, sepulang dari kantor saya masih bisa menyediakan makan malam terkecuali apabila ada ajakan kencan atau makan di luar dari suami. Tentunya aktivitas seorang istri tidak akan berubah banyak, hanya status saja yang berubah, yaitu yang dulunya saya selaku istri yang melakoni peran sebagai karyawan dan mahasiswa berubah hanya menjadi mahasiswa saja.  Semoga Alloh selalu meridloi keputusan yang saya ambil dan saya yakin keteguhan hati untuk memutuskan hal ini ada campur tangan dari Alloh yaitu menggerakan hati kedua orang tua saya untuk mendukung keputusan ini. Karena sebelumnya ketika saya ingin mengambil keputusan ini, orang tua saya menolak dengan tegas. Alhamdulillah untuk kali ini, orang tua saya mendukung. Bismillahirohmanirrohim. Semoga thesis dapat dikerjakan dengan sebaik mungkin dan diberikan kelancaran dan keberkahan di awal, dalam proses  dan di akhirnya. Aamiin yaa robbal ‘alamin.

Jumat, 04 Juli 2014

Independent is a Must or Not for Women?



Wanita menjadi tidak mandiri setelah punya pasangan, percaya atau tidak? Tapi saya rasa iya. Saya sendiri merasakan hal tersebut. Suatu hari suami pernah menyampaikan keluhannya bahwa saya menjadi manja dan tidak mandiri. Ternyata usut punya usut, suami saya menaruh perhatian pada saya karena sifat saya yang mandiri. Hmm… memang saya ingin menjadi wanita mandiri dan ketika dulu saya memang tidak ingin bergantung pada siapapun. Saya sering merasa malas menanggapi teman-teman wanita saya yang manja, kemana-mana harus diantar pasangan (pacar). Ternyata setelah bersuami, saya baru tahu rasanya. Wanita ingin menjadi makhluk yang dilindungi dan diperlakukan bak putri. Dulu, saya tidak merasa takut untuk berpergian menggunakan bus atau angkot, tapi kemarin-kemarin saya malas untuk menggunakan kendaraan umum. Selalu menuntut untuk diantar suami. Ya Alloh, maafkan hamba. Dengan nikmat yang telah Engkau berikan, hamba menjadi kufur nikmat. Kendaraan yang kami pergunakan hanyalah titipanMu. Bisa saja sedetik ke depan, kendaraan tersebut Engkau ambil dari kami. Maafkan hamba Ya Alloh.  Dan setelah itu, saya tidak lagi ingin memaksakan suami untuk mengantar saya ke kampus atau menjemput saya. Bahkan dua minggu yang lalu saya meminta suami tidak perlu menjemput ke Bogor, soalnya biar ga diburu-buru. Hihihi… Semoga suami tidak marah ya setelah baca postingan ini. Saya hanya bisa pergi ke kampus di hari Sabtu, dan perpustakaan tesis hanya buka sampai jam 4 sore, jadi saya berusaha seoptimal mungkin memanfaatkan waktu. Mulai dari saat ini, saya harus belajar mandiri, karena bagaimanapun saya adalah calon Ibu yang nantinya menjadi pelindung bagi anak-anak yang Alloh titipkan kepada saya dan suami.

Mohon doanya ya blogger, semoga segera Alloh karuniakan anak kepada kami. Aamiin.

Kamis, 03 Juli 2014

Berhati-hati akan Pujian

Setelah apa yang disampaikan suami saya beberapa waktu yang lalu, saat ini saya menjadi takut sekali mendapat pujian. Menurut suami, saya termasuk orang yang senang akan pujian. Saat ini saya takut apabila apa yang saya lakukan adalah karena ingin mendapatkan pujian atau penilaian baik dari manusia. Padahal bukankah semua perbuatan baik yang kita lakukan harus atas niat kepada Alloh? Namun saya juga tidak ingin menjadikan ketakutan untuk dipuji menghentikan langkah saya untuk berbuat baik, karena apabila terbesit pikiran seperti itu juga sudah dapat dikatakan riya? karena yang menjadi fokus pikiran adalah penilaian makhluk. Saya sangat senang sekali dengan status BBM sahabat saya yaitu " Refresh Our Niyyah". Memang niat itu adalah permulaan dari suatu amal, namun untuk menjaga niat tersebut patutlah kita terus memperbaharui dan menetapkan niat hanya untuk Alloh. Semoga kita tidak termasuk makhluk riya. Keponakan sekaligus menantu Rasul yaitu Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: "Orang yang riya memiliki beberapa ciri , 
  • Malas jika sendirian
  • dan rajin jika di hadapan banyak orang,
  • Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.
Saya masih sering merasa ingin berbuat baik ketika mendapatkan pujian. Astaghfirullohaladzim. Semoga saya mendapat kesempatan untuk terus berintropeksi dalam memperbaiki niat. Aamiin.