Minggu, 22 Januari 2012

For You, Akhwati Fillah

Karena ku sayang kalian,
tulisan ini ku goreskan....

Memakai jilbab bukanlah sebuah pilihan atas representatif prilaku muslimah,tapi bentuk ketundukan pada Sang Khaliq atas perintah-Nya. Dalam tulisan di blognya sahabat saya "teh tita" disebutkan bahwa pelac*r sekalipun harus menggunakan jilbab,karena itu kewajiban muslimah.

Awalnya saya sependapat ketika orang terdekat saya berpendapat, "Jilbab-in hati dulu, biar nanti pas udah pake jilbab, perilakunya mencerminkan muslimah yang berjilbab"

Tapi,dalam kalimat itu JELAS ada unsur ketidakpastian, sampai kapan hati bisa menjadi baik??? Bukankah hati atau qalbu yang artinya bolak-balik tidak bisa selalu baik. Ada grafik turun naik keimanan dalam hati. Maka dari itu terdapat do'a....

Yaa Muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinika" “Ya (Allah) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamamu"

Dan sampai kapan menunggu kata SIAP untuk berhijab??? Ada yang berpendapat, "sampai baju muslimnya cukup buat bepergian.."
Adakah jaminan sampai waktu itu tiba,kita masih hidup??? 

Para motivator hebat sering berkata, "If there's a Will, there's a way". Dan Allah memiliki jaminan yang lebih kuat bahwa ketika kita makhluknya mendekat satu langkah, maka Allah akan berlari merangkul kita. Sahabat muslimah,  banyak jalan yang bisa kita temukan apabila niat kita baik. 

Alasan lainnya yang seringkali menjadi "faktor pembatas" untuk para muslimah berhijab adalah ruang gerak berkarir. Banyak perusahaan yang "melarang" pegawai/karyawannya memakai jilbab. SO WHAT??? Yang memberikan rezeki memang siapa? ALLAH. Lalu mengapa kita begitu menggantungkan diri terhadap perusahaan tersebut. Cukuplah kita menggantungkan segala sesuatunya kepada Allah baik itu rizki, jodoh, hidup, dan mati. Karena sesungguhnya hidup kita dalam genggaman-Nya. Dalam QS At-Taubah:129 , Allah berfirman:

 "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung"


Hal lain yang ingin saya bagi dengan Sahabat muslimah adalah meskipun saat ini tengah berkembang pakaian muslimah yang trendy, namun jangan jadikan hal itu sebagai motivasi, melainkan jadikan ketundukan terhadap perintah Allah yang menjadi niat. Innamal a'malu bin niyat. Sesungguhnya setiap amal tergantung niat. Dan apabila ada sahabat muslimah yang memiliki niat awal seperti itu, lekaslah memperbaiki niat hanya karena Allah. 


Sekian Sahabat...
Semoga tulisan ini mencerahkan. Amiin. :)

Tiba-tiba pada 22/01/2012 pkl. 17:31



Mengerjakan sesuatu yang disukai akan membuat kita lupa waktu. Right? Pernah kan Sahabat main game atau menonton serial drama korea atau menonton pertandingan sepak bola sampai dengan larut malam??? Mau besok bangun kesiangan atau tidak, hal tersebut menjadi “soal belakangan”, padahal biasanya “belakangan jadi soal”.hehe...Dampak begadang kan sebenarnya Sahabat sudah bisa membayangkan , sperti bangun kesiangan, lesu, lemah, lunglai, mata kayak abis ditonjok, dan sembelit. (itu curahan hati saya, Sahabat). J

Andai saja waktu untuk berlama-lama seperti itu bisa kita habiskan untuk taddabur Qur’an atau sholat Qiyamul lail semalaman, mungkin kita dapatkan pemahaman yang akan berbuah kekhusyuan*. Materi ini akan coba share dalam postingan selanjutnya.  Jujur, hal ini perenungan untuk diri saya sendiri. Sahabat, tulisan singkat ini sebenarnya untuk pengingat diri saya sendiri. Sedari tadi saya ketak-ketik di blog, saya lupa dengan target hafalan saya. *istigfar.

Semoga melalui tulisan-tulisan saya di blog ini bisa menjadi amal saya, dan bisa menjadi bentuk lain dari da’wah. Aamiin.

ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ   ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
  

 “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
 mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Senin, 16 Januari 2012

Pelantikan STF - solo bivac edition

Entah saya harus mulai cerita  darimana, soalnya pelantikan STF 8 ini jauuuuh lebih seru dari yang saya bayangkan. Mmmhh..mungkin saya langsung ceritakan tentang solo bivac ya. Mungkin untuk para pecinta alam, solo bivac menjadi hal sangat biasa, tapi kembali lagi, kondisi yang sama akan memiliki kesan yang berbeda bagi setiap orang. Saya terakhir kali berkemah pada sekitar 2 tahun yang lalu, ketika saya gathering dengan mahasiswa penerima beasiswa tanoto. Tapi kemah saya kemarin, jauuuh dari yang namanya rasa nyaman, dan memang hal itu yang menjadi poin penting dari kemah kemarin.

Terkadang tidak cukup hanya membayangkan kondisi berkekurangan orang lain, namun kita juga perlu ikut merasakannya, agar kita bersyukur terhadap kecukupan yang ALLAH berikan. Sesungguhnya hanya ALLAH yang mencukupkan.

Okay, saya deskripsikan dulu apa yang dimaksud dengan "solo bivac". Solo itu sendiri, bivac itu berkemah. jadi solo bivac itu berkemah sendiri. *the end. hehe...okay,back to the topic. Solo bivac itu kita berkemah sendiri, kita bikin tenda pun sendiri, dan menghabiskan waktu pun sendiri.  Tendanya dibuat dari ponco ( jas hujan yang versi kelelawar). hmmm... jauh dari bentuk tenda jaman saya SD. Sayangnya saya ga punya dokumentasi tenda saya, karena saya kemarin tidak diperbolehkan membawa alat komunikasi, music player, dan alat penunjuk waktu.* Well,sudah mulai terbayangkan? okay, kita lanjut ke paragraf selanjutnya ya. (*deskripsi solo bivac versi saya)

Mulai dengan perjalanan menuju lokasi bivac/tenda. Saya awalnya kaget ternyata kondisi lokasi tiap bivac itu nyungcrut  #eh maksudnya bisa di deket jurang, pojokan pohon, pokoknya ya ga begitu luas alias ngepas buat 1 tenda. Alhamdulillah, lokasi bivac saya kata panitia masuk golongan "elit" alias lega tempatnya. :)
Selanjutnya saya bangun bivac sendiri. Saya mulai dengan mengikat tali tambang di 2 pohon, saya sempat ulang berkali-kali. Hingga akhirnya datang panitia yang mengecek apakah tenda saya sudah berhsail dibangun atau tidak, dan akhirnya saya dibantu untuk mengikatkan tambang ke posisi yang "tepat". Adzan maghrib telah berkumandang dan bivac saya belum selesai dibangun. Panik? jelas. Namun,kepanikan tidak akan membuat bivac saya selesai.Saya mempercepat pendirian bivac saya, tanam patok sini, tanam patok sana. Tabur garam di sekeliling bivac. And finally, my bivac has been ready. :)

Selanjutnya, "SAATNYA SHOLAT!". wudlu saya sudah batal, jadi saya harus wudlu lagi. :) tiba di tenda yang tingginya itu ketika duduk saya harus nunduk agar tidak kejeduk. :D saya bergegas bersiap untuk sholat dalam keadaan duduk. ketika saya sedang merapikan pakaian, saya melihat ada pacet  menempel di tangan kanan saya. Panik? jelas. Tapi saya telah diperingatkan panitia untuk membawa tembakau yang berguna untuk melepaskan pacet yang menempel. Saya segera mengambil botol yang berisi tembakau, sayangnya saya belum SIAP, botol tembakau itu belum saya isi dengan air. Dengan panik, saya mengisi air ke botol tersebut, dan saya siramkan ke pacet di tangan saya. Alhasil tidak lepas juga, dan terasa pacet tersebut memberikan satu gigitan. Kemudian di tengah kepanikan saya ingat teknik yang telah diajarkan yaitu menenggelamkan pacet di botol, jadi saya isi botol tembakau dengan air yang lebih banyak, dan saya tutup pacet tersebut dengan botol yang saya balik, dan kemudian saya geser pacet tersebut agar masuk ke dalam botol, dan alhamdulillah atas ijin Allah pacet itu terlepas dan masuk ke dalam botol. Ibroh atau pelajaran yang bisa saya petik saat itu adalah saya harus SIAP dengan segala kemungkinan yang terjadi. Allah selalu mempunyai rencana untuk kita dan yang perlu kita sadari dan yakini adalah bahwa rencana-NYA adalah yang terbaik untuk kita. Maka kita harus selalu SIAP menjalaninya.

Saya bersihkan darah yang menempel dengan air, dan segera mendirikan sholat isya dan maghrib. Selanjutnya saya makan dengan kondisi saya harus menunduk. Pegal?jelas. Namun, saya ambil poin penting dalam kondisi saya saat itu bahwa saya harus RIDHO dengan kondisi yang saya alami, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah.  

Setelah saya sholat, saya memenuhi kebutuhan fisik saya, Makan. Sesuatu yang sering saya abaikan biasanya, padahal membiarkan lambung perih hingga kondisi sakit maag menyerang, termasuk dalam bentuk zalim terhadap diri sendiri. :( Malam itu saya merenung, mungkin seperti ini rasanya menjadi gelandangan, makan hanya beralaskan tikar, makan dengan lauk seadanya. Kondisi saya malam itu mungkin belum bisa benar-benar merasakan apa yang mereka rasakan, lauk yang disediakan panitia lengkap sayur dan lauk, sedangkan mereka..... Ya Allah, maafkan saya yang sering menzalimi diri sendiri dengan melupakan waktu makan hanya karena alasan "bosan" dengan menu yang ada, padahal di luar sana masih banyak yang memegang erat perut untuk menghangatkan perut agar tidak terlalu terasa rasa perih karena lapar. Ya Allah...dan air mata saya pun mengalir....

Setelah saya makan, saya membuka amplop yang diberikan panitia untuk saya balas. Dalam amplop tersebut berisi 3 kertas, kertas pertama berjudul Doa'ku Harapanku, kertas kedua Janji Hatiku, dan yang ketiga surat dari mamah. Saya baca terlebih dahulu surat dari Mamah, dan air mata saya mengalir deras. Terbayang wajah mamah, bapa....Saya bersyukur bisa dilahirkan dari Mamah...Makasih ya Allah...
Setelah itu, saya mengisi kedua kertas lainnya..(off the record ya :D )


Selanjutnya, saya membaca Al-Quran. Saya melanjutkan bacaan dan dimulai dengan Surat Luqman. Malam itu saya hanya membaca surat Luqman, karena saya sudah tidak kuat menahan sakit pada perut saya.Maka dari itu, saya memutuskan untuk segera tidur agar rasa tersebut bisa mereda..Entah berapa lama saya habiskan untuk membuat diri saya mengantuk. Saya mulai berkomunikasi dengan Allah melalui perenungan saya, saya dekap Al-Quran. Rasa kantuk pun tak juga hinggap. Akhirnya saya mencoba untuk berbaring menghadap langit-langit tenda. Saya dekapkan tangan (seperti saat bersidekap tangan membaca doa iftitah), dan lampu senter saya pun mati. Saya mengeluh saat itu, "Katanya batre alk*line tahan lama, eh mati juga". Saya sadari, "Astaghfirullahaladzim..". Bagi Allah semuanya mungkin, mengapa saya menyandarkan diri terhadap benda mati. Bagi Allah semuanya mudah. Dalam GELAP, saya merenung.."Mungkin seperti ini, kondisi di alam kubur. Gelap. Ya Allah...kalaupun aku meninggal disini, izinkan aku untuk menjadi pemberat timbangan amal orang tuaku, mereka orang tua yang baik yang membesarkan diriku sampai saat ini. Jadikan aku mati dalam keadaan husnul khotimah. Ya Allah, semua mudah bagiMu."


Saya akhirnya terlelap dan terbangun ketika panitia memberi tahu bahwa sudah pukul 1. Setelah itu saya turun   ke kemah sahabat STF yang terdekat yaitu Mbak Nuning. Saya kemudian dibantu untuk berwudlu, dan kami kembali ke bivac masing-masing melanjutkan untuk berkholwat dengan Allah. Sungguh, pada malam itu saya merasakan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya penolong, satu-satunya yang selalu mengawasi,dan menjaga makhluk-Nya. Saya bersyukur bisa menghirup udara pada saat sepertiga malam, semua karena izin Allah. Dan semoga rasa syukur itu bisa selalu saya lakukan baik dalam keadaan senang maupun sedih. Syukur saat diberikan kelimpahan, dan bersabar ketika diberikan keterbatasan. 


Sekian ibroh yang bisa saya bagi. Moga-moga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.Satu hal yang perlu diyakini, bahwa Allah akan selalu menemani, tak perlu cemas,takut, atau bergantung kepada hal lain selain Allah. Allah yang memberikan ujian, maka sudah selayaknya kita meminta jawaban kepada Sang Pencipta ujian tersebut yaitu Allah swt. Jadi kita InsyaAllah pasti bisa melewati ritme kehidupan yang turun naik. Amiin. Seperti dalam QS. Ath-Thalaq: 2-3.


"...........Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. " (Ath-Thalaq: 2-3)




Blogging teruuuusss!!! moga-moga postingannya manfaat.
Oiya,mu share dikit nih futu-futu. :D 


"Hmmm....katanya ga boleh megang hp?" " kan abis pelantikan. :D" #monolog
                                                      -bersama sahabat STF 8 (akhwat)-




*ih woooww...AGUN (anak gunung) yang ANGGUN kan?? bawaan berat tapi nyengiiir teruuuusss....





17 Januari 2012




-@FujiLasmini89-








Rabu, 04 Januari 2012

Akad Rahn


Di bawah ini materi tentang Ar-Rahn (gadai). Nah, sekarang coba sahabat cari beberapa kesamaan antara gadai yang diterapkan di pegadaian dan pegadaian syariah. Kalau misalnya gadai itu boleh dilakukan, kenapa muncul pegadaian syariah ketika pegadaian sudah ada…?


Definisi: Menjadikan suatu barang bernilai menjadi jaminan atas hutang sehingga bila hutang terselesaikan barang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya.


Menahan suatu barang untuk dijadikan jaminan dalam pengambilan hutang kepada seseorang agar menjadi landasan yang kuat dalam pemberian hutang dan sebagai tanda kesungguhan.


Seseorang menyerahkan barang kepada pemberi hutang sebagai jaminan atas hutang yang diberikan kepadanya


Landasan
Hadist Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari A’isyah, Ia berkata:
اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَّلَمَ اشْتَرَى طَعَمًا مِنْ يَهُدِيٌ اِلىَ اَجَلٍ وَرَهَنَهُ دِرْعًا مِنْ حَدِْيدٍ
“ Sesungguhnya Rasulullah saw pernah membeli makanan dengan berhutang dari seorang Yahudi, dan Nabi mengggadaikansebuah baju besi kepadanya.” 
Hadist riwayat Syafi’Islam, Daruquthni dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah:
لاَ يُغْلَقُ الَّرهْنُ مِنْ صَاحِبِهِ الَّذِي َرهَنُهُ, لَهُ غُرْمُهُ
“ Tidak terlepas kepemilikan gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan resikonya.” 
Rukun 

1. Kedua orang yang berakad (Mutaaqidain)
2. Hutang (ad-Dain)
3. Barang yang digadaikan (Marhun)


Syarat

1. Kedua orang yang berakad
a. Orang yang berakal
b. Baligh
2. Hutang
a. Hutang dalam tanggungan
b. Ada sebab yang membuat berhutang
c. Hutang lebih kecil dari yang dijaminkan 
d. . . . . . 
3. Barang yang digadaikan
a. Memungkinkan barang mudah untuk dijual
b. Barang tidak rusak (tahan lama)
c. Barang itu mempunyai nilai atau bermanfaat
d. Baqrang harus diserahkan ke penerima gadai

Batal Rahn
1. Apabila barang kembali ketangan Penggadai dengan persetujuan penerima gadai
2. Terselesaikannya hutang

Permasalahan
1. Pemanfaatan barang gadaian
2. Apabila penggadai tidak mampu membayar hutang
3. Bila penggadai meninggal dunia
Jawaban Permasalah
1. Penerima gadai (murtahin) memanfaatkan gadaian, namun bila barang gadaian memerlukan pemeliharaan yang mengakibatkan adanta pengeluaran biaya sebagai konselkuensinya penerima gadaia boleh memanfaatkan barang tersebut. (Fikih Sunnah 12 hal 153) dan bila barang gadaian itu menghasilkan sesuatu misalkan ternak yang menghasilkan anaknya maka ini menjadi milik si penggadai.
2. Barang gadaian tersebut dijual. Bila hasil penjualan melebihi hutang penggadai, maka kelebihan tersebut harus dikembalikan kepada penggadaia. Demikian pula sebaliknya bila nilai penjualan lebih kecil dari hutang, maka penggadai bertanggungjawab dalam arti harus membayar kekurangan hutangnya tersebut. (dalil Fikih Sunnah jil 12)
3. Bila penggadai meninggal, maka hutang tersebut menjadi tanggungan ahli warisnya dan permasalah tidak berubah hanya berubah kepemilikan hutang dari penggadai kepada ahli waris.


materi ini didapatkan dari teman saya yang ada di tazkia

Senin, 02 Januari 2012

Syahadat Kita



Berapa kali lafadzkan kalimat syahadat, namun di antara itu berapa kali kalimat syahadat yang kita maknai???


Sesungguhnya ni'mat yang paling berharga adalah ni'mat iman islam. Saya mencoba memaparkan materi dari Ustadz @salimafillah pada saat majelis MQS DT di masjid BI beberapa hari yang lalu mengenai “Syahadat Kita”


Kalimat syahadat  bisa kita dikaitkan dengan 5 hal yaitu:


1. Ilmu

Ilmuilah kalimat syahadat 'laa ilaha ilallah' tiada ilah selain Allah. Sesungguhnya ketika iman diikat dengan ilmu,maka akan membuahkan pemahaman, sehingga keimanan itu terhujam dalam hati. Bukankah Allah mewahyukan Al-Quran untuk pertama kalinya dengan kata 'IQRA!'. Hal ini menunjukkan bahwa mengimani Allah harus dengan ilmu,agar berbuah pemahaman. 


2. Perpisahan

Berpisah dengan sesuatu yang nyaman karena اَللّه dengan tujuan untuk berhijrah,maka sesungguhnya nanti akan dipertemukan dengan kenyamanan yg lebih hakiki. Hal ini banyak dicontohkan oleh sahabat Rosul yang rela melepaskan keduniawiannya termasuk orang tuanya sendiri, demi mempertahankan keimanan kepada اَللّه swt.


Kisah yang dapat memberikan gambaran mengenai hal ini adalah kisah sahabat Rosulullah Mushab bin Umair. Beliau merupakan seorang pemuda tampan yang tumbuh dari keluarga yang bercukupan dan kaya raya. Baju yang ia kenakan sehari-hari adalah sebaik-baik baju yang ada di masanya. Akhlak dan tutur kata yang lembut dan kedudukannya yang terpandang, menjadikan beliau sebagai pemuda idaman. Cahaya Islam yang menyentuh hatinya, yang menghujam di hatinya, menjadikan ia rela untuk meninggalkan segala hal duniawi yang ia miliki. Ia diusir oleh orang tuanya yang telah membesarkannya ketika mereka mengetahui bahwa anak mereka telah berhijrah ke Islam. 


Ketika Mush'ab Bin 'Umair datang ke madinah selepas hijrah dari habasyah, berubahlah kondisinya. Ia bukan Mush'ab yang dulu lagi. Dulu ia selalu memakai pakaian mewah yang mengundang kekaguman orang lain. Tetapi sekarang ia memakai pakaian yang sederhana. Dulu ia seorang yang memiliki rambut terawat dan selalu memakai minyak rambut, tetapi sekarang rambutnya biasa saja.Dulu ia seorang pemuda yang memiliki kulit yang halus dan lembut, tapi sekarang kulitnya menjadi tebal dan kasar seperti sisik ular.

Sahabat Nabi, Abdurrahman Bin Auf ra menangis ketika mengingat Mush'ab Bin 'Umair. Imam Bukhari meriwayatkan bahwasanya Abdurrahman Bin Auf pernah disajikan makanan dan ketika itu ia sedang berpuasa (nafilah), ia pun berkata, "Mush'ab Bin 'Umair terbunuh dalam Perang Uhud, padahal ia lebih baik dariku, ia dikafani dengan sehelai kain burdah yang bila ditutup kepalanya, tampaklah kakinya dan apabila ditutup kainnya, tampaklah kepalanya." Kemudian ia pun menangis dan meninggalkan makanan yang sudah dihidangkan untuknya.

Demikianlah keadaan Mush'ab Bin 'Umair di dunia, tapi meskipun begitu, ia tetap meninggal dalam keadaan mulia. Sudahkah kita rela meninggalkan kenyamanan duniawi untuk mengejar kenyamanan yang hakiki yaitu kenyamanan ukhrowi?


3.Kebersamaan

Sesungguhnya اَللّه selalu bersama kita. Kebersamaan dengan اَللّه akan membuahkan ketenangan. Banyak kisah yang menunjukkan bahwa yakin akan keberadaan اَللّه selalu bersama kita, maka اَللّه akan memberikan pertolongannya. Kisah yang mungkin kita semua sudah ketahui adalah kala اَللّه memerintahkan Nabi Ibrohim as untuk meninggalkan istri dan anaknya ddi padang pasir yang tandus. Siti hajar pun bertanya kepada Nabi Ibrohim as, "kenapa engkau tega meninggalkan kami?". Nabi Ibrohim pun tak kuasa untuk menjawab,dan hanya menghela nafas. Siti hajar bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama, dan ia dapatkan respon yang sama pula. Lalu siti hajar bertanya kembali "apakah ini perintah اَللّه ?", dan nabi Ibrohim menjawab "ya..." Siti hajar pun akhirnya merelakan suaminya untuk meninggalkan dia dan ismail di padang pasir. Siti hajar yakin bahwa اَللّه sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan kami(siti hajar dan ismail as). اَللّه meletakan pertolongan ketika kita berikhtiar, contohnya terdapat pada kisah siti hajar kala itu yang mencari mata air hingga 7 kali balikan dr sofa-marwah,dan اَللّه pancarkan air di bawah sang bayi (ismail as). اَللّه tak mungkin lari dari kita kala kita telah berikhtiar,yang ada seringkali kita mencari pertolongan pada selain Allah.


4. Perlombaan

Kehidupan di dunia ini ibarat ujian yang diberikan اَللّه untuk menyeleksi /melihat mana yang terbaik amalnya. Dalam surat Al-Baqarah:148 Kita manusia diperintahkan oleh اَللّه untuk berlomba-lomba dalam kebaikan atau yang dikenal dengan fastabiqul khairat. Kisah yang menggambarkan bahwa kita diperbolehkan untuk bersaing dalam mengerjakan kebaikan adalah kisah Abu bakar yang amalannya tak pernah absen dari amalan setelah subuh, dan tidak ada Sahabat Rosulullah yang dapat mengalahkan amalan yang dikerjakan oleh Abu Bakar. Namun,hal tersebut menyulut Umar bin Khatab untuk mengejar atau berlomba untuk mengalahkan amalan Abu Bakar. 


5. Da'wah

Mengajak kebaikan kepada orang sebanyak mungkin. Karena dengan da'wah yang benar akan ikut memperbaiki diri sendiri. Dalam surat Al-Ashr:3 disebutkan bahwa orang yang beruntung adalah orang-orang yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesebaran. Semoga kita termasuk di dalamnya.


Sekian yang bisa saya share pada postingan kali ini. Semoga manfaat. Segala sesuatu yang benar datangnya dari ALLAH, dan kekhilafan bersumber dari saya sendiri.