Selasa, 29 Maret 2011

Al-Insyiroh

Pagi ini sebelum saya berangkat bekerja,saya sempatkan untuk melihat tayangan siraman rohani di Trans TV yaitu acara IQRA. Saya menyukai acara ini karena dari sekian ayat yang dibacakan kemudian dibahas mengenai hokum tajwidnya,kemudian dikaji bersama mengenai isi dari ayat suci Al-Quran tersebut. Pagi ini yang dibahas adalah suroh Al-Insyiroh. Surat ini Allah turunkan pada saat Rasul bersedih atas terhentinya turun ayat suci Al-Quran. Kaum Quraisy kemudian menghina Rasul dengan mengatakan bahwa Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya. Kemudian turulah suroh ini. Makna dari suroh ini setelah dikaji oleh ustadz pada program tersebut (maaf,saya lupa.he), dikatakn bahwa sesungguhny berbahagialah orang yang berlapang dada. Ketika ditimpakan suatu masalah,atau diberikan kehilangan atas apa yang ia miliki, ia tak lantas panik. Akan tetapi ia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt pemilik yang ada di bumi dan di langit (Al-Baqarah: 255).
Semoga apa yang saya simpulkan dari acara tersebut adalah benar adanya. Kesalahan adalah milik saya sepenuhnya,dan kebenaran berasal dari Allah swt.

Senyum Ucap Syukur

Pagi ini saya melihat senyum indah dari seorang bapak penjual lem serbaguna di lampu merah Ragunan. Senyumnya mengembang tatkala ada yang membeli lem yang ia jual.Dan saya melihat secara langsung,karena sang pembeli itu berada satu angkot dengan saya. Senyum bapak tersebut saya interpretasikan sebagai seyum penuh rasa syukur. Senyumnya yang mengembang tanpa ironi,dan hanya terisi ketulusan. Hingga saya menulis cerita ini,senyum bapak tersebut belum lekang dari ingatan. Beranjak dari angkot yang saya naiki, Bapak itu pun lekas mencari calon pembeli lainnya,dan apa yang saya lihat bapak tersebut mendapatkan 2 pembeli baru lainnya di seberang jalan lainnya. Padahal pada saat itu banyak pedagang yang menjual barang yang sama. Namun saya menyadari ikhtiar bapak tersebut memang sedikit lebih besar dibandingkn pedagang lainnya yang hanya menawarkan di sepanjang trotoar saja. Sedangkan bapak tersebut menawarkan hingga ke jalanan yang pada saat itu sedang macet. Dalam kemacetan saat itu,saya menyimpulkan bahwa rizki setiap orang telah Allah tentukan, akan tetapi tergatung terhadap bagaimana kita menjemput rizki-Nya. Dan rasa syukur yang terus kita panjatkan bisa menjadi cara untuk memudahkan jalan kita dalam menjemput rizki-Nya. InsyaAllah.

Minggu, 27 Maret 2011

Spirit You By Yourself

Kejenuhan mulai menggerogoti semangatku dalam beribadah di kantor. Aku tak lagi sama dengan hari pertama aku bekerja. Sebelumnya, setiap kali aku bekerja,sehari sebelumnya telah aku persiapkan apa saja yang akan ku bawa,baju yang akan kupakai.namun,hari ini untuk pertama kalinya aku mempersiapkan semuanya di hari yang sama sebelum aku pergi bekerja. Rabb,aku tahu bahwa semangat bekerja harus aku tumbuhkan dalam diri. Merugilah seseorang bila hari esok yang akan dijalani lebih buruk dibandingkan dengan hari yang telah dijalani. Rabb, iringilah waktu yang aku lewati dengan ridlo-Mu.