Kamis, 19 Mei 2011

Pengalaman pertama…

Yapp…selasa kemarin, untuk pertama kalinya saya ke museum nasional. SENDIRI. Kakak saya bilang, “aneh, jalan-jalan koq sendiri?”. Beginilah saya. Saya udah lama mengidap yang namanya penyakit “linglung”. Yap…penyakit dimana saya kadang-kadang ngerasa bingung dengan apa yang ingin saya kerjakan. Jadi saya sering jalan sendiri, dan mungkin orang yang ngeliat saya di jalanan akan melihat betapa kusutnya wajah saya.hehe...

Nah,selasa kemarin sebagai upaya untuk menghilangkan kelinglungan saya hari itu, tiba-tiba saya ingin jalan-jalan ke museum. Saya teringat dengan teman kuliah saya yang pernah mengunjungi Galeri Nasional Indonesia (GNI). Nah,akhirnya saya memutuskan untuk kesana. Dan saya pun akhirnya meluncur ke gambir. Soalnya GNI itu memang tepat di depan Gambir.
Sebenarnya saya biasa menghilangkan penyakit linglung dengan cara jalan-jalan ke mall. Tapi saya sudah hapal endingnya. Saya pulang dengan membawa belanjaan, dan ketika membuka kantong belanjaan saya akan meratapi isi dompet yang kian menipis. Jujur, saya termasuk tipikal orang yang “ngga tega “ buat ga belanja kalau penjualnya ramah. Makanya saya lebih milih ke museum. Palingan cuman keluar uang buat ongkos ama makan.

Setibanya di gambir sekitar pukul 12.10 wib saya mengisi perut di restoran padang. Setelah itu saya sudah lebih siap untuk “berbolang ria” . Ada beberapa tips yang mau saya share nih buat para pembaca (alaaahh…lebay amat) tentang berbolang yang benar. Karena dari perjalanan kemarin, saya mendapatkan pelajaran yang cukup berharga .

1. Tempat Tujuan
Sebelum kalian berpergian kalian tahu tempat yang mau kalian tuju. Seperti saya kemarin, saya Tanya-tanya dulu sama temen saya. Tapi kan sekarang udah eranya “googling”,jadi internet bisa jadi cara buat nyari tau juga. Buat yang berniat ke GNI,kalau kalian berangkat menggunakan transjakarta,cukup mudah koq. Saya kemarin berangkat dari shelter lebak bulus,terus transit di harmoni, terus naik yang ke arah pulogadung dan turun di shelter Gambir 2. Nah,buat yang dari shelter lainnya Tanya aja ke petugas transjaknya.OK!
Ada saran lagi nih…lokasi GNI kan ada di depan Gambir ,berarti musti nyebrang dong? Nah,di depan GNI ada jembatan penyebrangan,sebaiknya kalian nyebrang pake versi ngelanggar aja deh. Pengalaman saya, jembatan penyebrangan itu ga ada tutupnya, jadi pas saya kemarin nyebrang, setengah badan saya terlihat (ngerti kan makusdnya? jadi jembatan ini tuh ga kayak yang suka ada di shelter busway gitu..). Baut di jembatan banyak yang udah lepas, dan jembatannya kayak udah tua gitu,banyak karatan. I felt I was not safe on that bridge..huhu.

2. Apa yang mau dicari?
Nah,kemarin pas saya berniat ke GNI, saya mau lihat seni lukis, pahat, patung, dsb. Ternyata sedang “RENOVASI”. Jadi,cari tau dulu tempat yang dituju buka atau engga. Dan akhirnya saya mengalihkan tujuan ke MUSNAS. Dan di musnas, saya ga tau apa yang bisa saya lihat. Ternyata hanya diorama 2 sisi. Kan seru kalau ada patungnya,jadi bisa foto-foto gitu.

3. Kamera??? Action
Sebenarnya yang kalian butuhin kalo lagi jalan-jalan adalah kamera. WHY? Soalnya banyak objek yang bisa dijadiin background buat kita kalau mau foto-foto. Bener ga? (ketauan banget agaknya saya narsis. :-P ). Selain itu dengan kamera kalian bisa mengabadikan suasana tempat yang kalian kunjungi. 

4. Kipas,tisu,kaca mata,payung,minuman.
Kipas berguna kalau ternyata cuaca lagi panaaasss pooollll. Tisu yah bisa buat ngelap keringet, bersihin tangan (sepertinya tidak perlu saya jabarkan..  )

5. Bawa uang secukupnya
Yapp…kalian lebih baik bawa uang secukupnya. Cukup buat ongkos,cukup buat beli makan, cukup buat jaga-jaga (?). Kalau berniat beli oleh-oleh, pastikan yang kalian beli emang barang yang unik bin langka alias emang yang jadi ciri khas lokasi yang kalian kunjungin. Kalo kayak kaos sih banyak ya boo..jadi mending kayak ukiran, atau kerajinan tangan unik lainnya. Dan yang saya sarankan sih, beli oleh-oleh yang inedible alias ga bisa dimakan,jadi bisa long lasting dan bisa jadi bukti kalau kalian pernah berbolang ke tempat “oleh-oleh” itu berasal. Huhuu..jadi terharu..

Sekian tips dari saya yang sebenarnya kalian sudah banyak yang tau. Namanya juga pengen nulis. Hehe..
ok, sampai ketemu di tulisan saya yang selanjutnya ya…

Ada yang kurang ga sih? "Adaaaaaaa......"
Apa ya? "Dokumentasiiii..."
Yap, kok bisa sehati gini ya...Saya share ya sahabat dokumentasi saya selama ngebolang. :)




ga saya rotate..sengaja...:D

Senin, 11 April 2011

Ku inginkan bahagia

Setiap orang punya pandangan masing-masing dalam mendefinisikan “BAHAGIA”. Mungkin ada yang merasa bahagia ketika dia punya jabatan yang tinggi, wajah yang rupawan, atau harta yang melimpah. Namun, apakah benar hal-hal tersebut mampu membuat kita bahagia???
Yuuk sama-sama kita menguraikan arti bahagia yang sesungguhnya…
Saya mencoba mengilustrasikannya dalam beberapa cerita. Ada orang yang merasa yakin bahwa dia akan merasa bahagia ketika menjabat pada sebuah kedudukann yang tinggi, misalnya menjadi seorang Gubernur. Dalam mewujudkan kebahagiaan yang diimpikannya, orang tersebut berupaya dengan berbagai cara, bahkan dengan cara kotor sekalipun. Ketika melihat kembali kepada peraturan yang ada, dia jelas dapat gagal total menjadi seorang gubernur. Sampai akhirnya dia menjabat menjadi seorang Gubernnur, dia merasa ketakutan akan sewaktu-waktu dia tidak lagi menduduki jabatan tersebut. kegelisahan dan ketakutannya menjadi mimpi buruk bagi orang tersebut sekalipun orang tersebut dalam keadaan terjaga. Apakah ini yang dinamakan bahagia?
Ilustrasi yang kedua saya akan gambarkan dengan cara yang berbeda ya. Hehe…
Ada wanita rupawan yang disukai banyak orang. Penampilan menjadi concern utamanya. Setiap hari selalu saja ada yang ditakutkan. Misalnya, “Duh, ada jerawat. Gimana niy? Wah, di idung lagi. Masih mending kalo di jidat masih bisa ditutupin pake poni, lha ini di idung. Masa musti pake masker. Aduuuh….gimana ni? Mana ada acara reunian lagi, tapi kalo ketemu temen-temen kan malu. Mending ga usah pergi aja deh, padahal kangen sebenernya pengen ketemu.” Nah, apakah itu dapat dikatakan bahagia? Buktinya aja Blackout ampe ngeluarin single hits resiko orang cantik, berarti ga jamin bakal bahagia kan? Kata salah seorang ustadz pernah menyampaikan, “jangan sampai khawatir akan tumbuh jerawat, dibanding tumbuh dosa! Naudzubillah…”
Berdasarkan materi yang pernah saya dapatkan. Kebahagiaan nisacaya kan kita rasakan ketika hati yakin dan istiqomah patuh terhadap Allah. Dimana keyakinan itu datangnya dari Qalbun Salim. Bersihnya hati akan kita dapatkan ketika kita menjauhkan hati kita dari hal-hal yang dapat membuatnya kotor. Ibaratnya seperti gelas kristal yang begitu berharga, kita inginkan gelas kristal tersebut tetap berkilau. Dalam menjaga kemilaunya, kita selalu membersihkannya dari debu yang menempel, menjauhkan gelas Kristal tersebut dari hal-hal yang dapat membuatnya menjadi kotor. Seperti itulah kita menjaga hati kita. Ketika suatu perbuatan atau hal dapat membuat hati kita menjadi bersih dan terjaga kemilaunya, maka jangan ragu untuk mendekatkan diri dengan hal tersebut. Sebaliknya, ketika dengan mendekatkan diri terhadap suatu perbuatan atau hal tersebut, hati kita menjadi kotor, maka jauhilah.
Semoga kita dapat menjaga hati kita dan menjadikannya Qalbun Salim, hingga akhirnya BAHAGIA pun kita dapatkan. Amiin.

A2-182 :)

Teringat hal konyol yang saya lakukan pasca gempa 3 tahun yang lalu ketika saya masih di asrama tpb. Teman-teman sekamar saya bergesa-gesa untuk membawa barang penting yang perlu diselamatkan seperti dompet, ijazah sma, dan barang berharga lainnya. Saya yang merupakan penghuni yang paling bontot alias yang paling muda, seringkali harus mendapatkan bimbingan dalam berbagai hal dari teman sekamar saya sebelum bertindak.
“Ji, buruan bangun! Ambil barang-barang yang kira-kira diperluin! Ayo cepetan!”
Saya kaget ketika itu lampu kamar mati, ternyata memang sedang mati listrik. Hujan dan petir di luar menambah tegang situasi saat itu. Ketika saya sudah “bangun”, saya beranjak untuk mengambil sandal saya. Kemudian ketika saya sudah di dekat pintu, saya berhenti dan “tunggu tunggu, ada yang ketinggalan, Ini penting.” Siba pun menunggu saya.
Saya lekas mengambil beberapa barang yang ada di lemari yang kemudian saya masukkan ke dalam pouch saya. Ketika saya hedak memakai sandal, sangat sulit waktu itu mungkin karena kondisi yang menegangkan. “Duh, susah nih. Nyangkut. Gimana ni?”
Kata Siba, “coba pakenya pelan-pelan”
Saya kaget ketika melihat teman sekamar saya yang lainnya, yaitu Risa. Teman saya Risa merupakan orang yang paling cermat dalam segala hal(yang saya tau ya…). Dia membawa senter, payung dan lain-lain (lupa, abis kan waktu itu lg tegang). Dia rapi banget. Ternyata dia mau pergi les kimia. Bayangin! dia mau pergi les pas lagi tegang2nya tuh situasi. Salut2…
“Sa, ga usah pergi. Pasti diliburin lesnya. Dijamin deh.”
“Gw ga enak ma kakaknya, dia on time soalnya”
Kita bertiga alias didi, siba, dan saya hanya bisa berkata, “Ooooo…..yaudah sa, hati-hati ya”
“Siip,,,gw kan bawa senter.” Jawab risa.
Dalam ati, kagum ma risa. PEMBERANI. Kalau saya sih, cuaca lagi terang benderang aja bisa ga berani jalan sendiri. Hadeuuuuh….harus segera dirubah.
Nah, sampailah kita bertiga dan penghuni sbelah kamar yang suka ngintil si didi di lobi asrama yang dah penuh sama penghuni dari berabagi penjuru asrama. CKckckck…..untung kebagian kursi. Terus sambil menunggu kondisi menjadi stabil, kita pastinya ngobrol2. Saat itu, kondisi benar2 kacau bin ruwet. Ada yang foto-foto, ada yang curhatan seasrama (abis gede banget tuh suara). Nah, kalo kita bahas soal apa yang dibawa.
“Ji, apaan tuh yang dibawa? ngapain sih bawa biskuat ma permen? Bawa apa kek?!” Tanya didi.
“Kan siapa tau ntar ga ada toko yang buka. Trus gimana kalo ntar kelaperan. Nah, makanya bawa permen. Permen kan manis. Nah, manis kan bisa nahan laper.” Seringai senyuman yang entah polos atau kelewat polos yang saya tampilkan. Teman-teman yang lain ternyata menertawai saya. Hhmm…dipikir2 pantes aja gendut, lawong hal pertama yang ada di pikiran pas lagi tegang-tegangnya situasi cuman makanan. Tapi kan bawa makanannya ga cuman buat saya saja. Saya sengaja membawa permen dalam jumlah banyak agar teman-teman juga kebagian. Tapi yasudlah, ini tulisan kan buat mengingat kisah klasik untuk masa depan. Hehe…
Kangen deh ma Risa temen sekamar yang pertama kali kenalan, Siba yang dah married sekarang, ama didi yang suka ngatain ndut n bikin parno. Hahaha…tapi seneng deh jadinya. Banyak belajar dri kalian yang udah senior2. Hoho…(alias tua maksudnya). Hehe…[just kidding].


(klo ada ceritany yg keliru, diingetin ya teman2...maklum anak muda)

Merasakan Kebahagiaan yang Hakiki

Bahagia. Terkadang kita sulit mendefinisikan apa yang menjadi kebahagiaa kita. Uang yang melimpah? Paras yang cantik/tampan? Jabatan yang tinggi? popularitas? Ataukah ?? Apakah benar semua hal itu sumber akan kebahagiaan kita??? Bukankah uang yang kita miliki saat ini tidak kita bawa ke akhirat kelak? Bukankah paras yang cantik/tampan suatu waktu akan berubah menjadikeriput? Apakah jabatan yang tinggi akan bertahan lama? Akankah popularitas yang terkenal membuat diri ini merasa nyaman? Dunia ini tak ubahnya seperti tempat persinggahan ketika kita melakukan perjalanan panjang. Dunia ini begitu singkat untuk kita jadikan tumpuan kebahagiaan. Dunia ini tidak ada harganya, oleh karena itu Allah memberikan kepada siapa saja baik yang beriman dan maupun tidak.
Lalu, bagaimana caranya agar kita BAHAGIA??? Carilah kebahagiaan dari yang menciptakan kebahagiaan yaitu Allah swt. Bahagia yang hakiki adalah konstan. Saya ambil contoh yaitu uang, ketika uang berlimpah, maka kita bersedekah. Dan ketika uang tak ada, maka kita tetap bersyukur. Lalu dimana kita bisa merasakan bahagia? Jawabnya adalah dimana-mana. Bukankah Allah ini selalu dekat dengan kita dimana lebih dekat dari urat leher. Contohnya, di tempat kita bekerja kita bisa bahagia,asalkan dengan bekerja kita makin yakin akan adanya Allah, makin patuh terhadap Allah, maka makin bahagialah kita. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan hatinya, karena dia akan semakin yakin terhadap Allah.
Terdapat beberapa ciri dari orang yang hatinya bersih,yaitu:
<3 Orang yang ikhlas, orang yang patuh kepada Tuhan-Nya dan tidak memerlukan penilaian dari siapapun melainkan hanya Allah. Setiap niat selain Allah itu adalah kemusyrikan, dan kemusyrikan adalah dosa besar. Semoga kita tidak termasuk ke dalam orang yang berniat selain Allah. Amiin. <3 Orang yang Tawadhu (rendah hati), Allah tidak menyukai kepada orang yang sombong. Karena sesungguhnya kesombongan hanya milik Allah yang menciptakan bumi dan langit beserta isinya. Pantaskah kita seorang makhluk bersikap sombong? Dimana kita masih bisa tetap bernafas pun atas ridlo Allah, bukan atas kehendak kita. Adapun cirri-ciri orang sombong adalah mendustakan kebenaran dan meremehkan orang lain. Ketika kita tawadhu, makin nyamanlah hidup kita,karena hanya penilaian Allah lah yag menjadi perhatian kita. <3 Orang yang Zuhud, yaitu orang yang lebih yakin akan apa yang ada dalam genggaman Allah buka terhadap apa yang dimilikinya. (insyaAllah mengenai zuhud akan saya paparkan di postingan yang akan datang. Tapi musti buka buku An-Nawawi dulu.he..masih cetek banget ilmunya..) Postingan ini merupakan pemaparan ulangdari materi yag disampaikan oleh Aa Gym (istiqlal, 10 April 2011).Mohon maaf apabila terdapat isi yang keliru, ditunggu masukannya ya teman..^^

Minggu, 10 April 2011

Sayang Bapa

Ujang Suryadi, lahir di Sukabumi tanggal 7 September 1950. Usianya saat ini sudah lebih dari 63 tahun. Beliau adalah bapa saya. Kami memiliki banyak kesamaan karakter, pemikiran dan sepertinya lebih banyak perbedaan di antara kami. Buktinya, kami jarang sekali sepakat dalam suatu hal, kalaupun sepakat pastinya tidak luput dari debat dan diskusi panjang. Banyak hal yang bisa dijadikan panutan darinya. Beliau sangat concern dengan yang namanya pendidikan. Beliau sering mendampingi sekaligus mengawasi saya belajar. Saya ingat ketika beliau mengajari saya  hitungan pembagian di muka pintu rumah sore itu, kemudian program wajib belajar selama siaran "Dunia dalam Berita" sewaktu SD dulu. Karena saya belajar di dekat ruang tv, sementara bapa saya menonton berita, saya curi-curi kesempatan untuk menyimak berita juga. Pada saat menginjak SMP dan SMA, saya harus belajar di kamar, padahal tak jarang saya di kamar untuk main hand phone atau mendengarkan walkman. Ketika akhirnya terbongkar bahwa saya malah asik sms-an, ketika saya keluar dari kamar untuk pergi ke kamar mandi, setibanya di kamar hand phone saya hilang dan ternyata disembunyikan oleh bapa saya. Saya mencoba bernegosiasi dengan mama saya agar memberi tahu dimana hp saya disimpan. hehehe. Bentuk persekongkolan dengan mama saya. Lucu dan sekaligus geli mengingatnya. 

Saya sadar, tegasnya bapa saya dalam mendampingi saya belajar adalah untuk kebaikan saya. Dari sejak SD, saya sudah terbiasa untuk belajar pada pagi hari, bangun jam 3 pagi kemudian sholat tahajud dan mengulang yang sudah saya pelajari tadi malam. Karena ketika saya memaksakan untuk belajar sampai dengan larut malam, yang ada kepala saya pening. Dan metode ini memang terbukti efektif. Saya juga diajari oleh bapa saya untuk mencatat dalam catatan ringkas mengenai hal yang telah saya baca. Menurut bapa saya, membaca belum tentu paham, tetapi ketika mampu menuliskannya, paling tidak kita mengingat dan bagusnya lagi adalah paham akan hal yang dipelajari.

Masih seputar dengan pendidikan, ada kalimat bapa yang masih saya ingat sampai saat ini. Ketika itu, saya bingung antara memilih masuk jurusan agribisnis atau gizi masyarakat. Keduanya jurusan favorit di IPB. Dengan sistem yang berlaku saat itu di IPB, apabila kita memilih satu jurusan pada urutan pertama dan apabila tidak diterima pada jurusan tersebut, maka kita bisa terlempar ke jurusan yang kita tempatkan pada urutan ke sekian. Maka dari itu, diperlukan stratagi dimana tidak mungkin menempatkan kedua jurusan yang saya minati pada urutan yang berdekatan. Dan akhirnya saya memutuskan untuk memilih agribisnis. Saya berkonsultasi dulu dengan bapa saya. Saya merasa bersalah karena saya pernah gagal masuk UN*IP untu k masuk kedokteran, dan sebenarnya agribisnis pun masih asing bagi saya. Namun pada saat itu, bapa saya berujar,
"Kalo jadi dokter, penghasilannya linear. Kalo nambah 1 pasien, ya penghasilannya nambah 1 juga. Tapi beda kalo jadi pengusaha, penghasilannya eksponensial, bisa jadi gede banget, bisa jadi kecil banget.
Sekarang saya paham akan kalimat sederhana itu, menjadi pengusaha berbeda dengan pegawai. Pengusaha berhadapan dengan risiko dan  peluang. Risiko bisa mengecilkan penghasilan dan peluang bisa sebaliknya menjadi pembesar penghasilan. 

Banyak hal yang bisa saya jadikan panutan dari beliau, namun kami seringkali berselisih paham. Ingin rasanya saya ungkapkan bahwa diri ini sayang pada beliau, namun rasanya seakan kelu di lidah. "Pa, uji sayang bapa."

"Ya Allah, ampunilah dosaku,dan dosa kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.Amiin."
-sayangmamabapa-

Rabu, 06 April 2011

Kenyamanan Milik Kita Bersama

Selama perjalanan tadi berangkat ke kantor..berkeliaran banyak hal di pikiran saya. Tentunya tentang apa yang ingin saya tulis. Hmmmm...yang masih keingetan ampe sekarang ya soal Jakarta. Kurang lebih hampir 4 minggu saya sudah berteman akrab dengan kemacetan Jakarta. Tidak terbayangkan kalau saya terus berteman dengan kemacetan. Akan timbul multiple effect terhadap saya. (alaahh..lebay.com)
Sejak pagi di Jakarta telah terjadi pemborosan. Bayangkan saja berapa banyak liter bahan bakar minyak kendaraan yang dihabiskan ketika macet. Ada yang berependapat, "ya dimatiin aja mesinnya..." tanggapan saya... "ooh..yeah...(nada nyolot..hehe). Walaupun saya tidak begitu mengerti dengan otomotif,tapi sepertinya baha bakar yang diperlukan untukl starting mesin lebih banyak deh...lagian di Jakarta ini berdasarkan hasil pengamatan saya, ada ruang sedikit untuk maju ya kendaraan tersebut harus maju. Kalau Anda berpikiran untuk menunngu jarak yang sedikit lebih jauh sebelum Anda mencoba untuk maju...bersiap saja untuk mendengar bunyi klakson dan umpatan pengemudi di belakang Anda akan riang berbunyi. Ya jadinya perjalanan Anda dalam kemacetan menjadi...Maju-berenti-maju-berenti...Ya kurang lebih seperti itu.
Kemudian saya mecoba untuk menanggapi fenomena kemudahan kredit motor. Sekarang dengan DP (Down Payment) 500an sudah bisa membawa pulang sebuah sepeda motor. Namun, bukankah hal tersebut menjebak orang untuk menjadi Gharimin?? Ketika kredit motor diberikan kepada orang yang tidak memiliki capability untuk mengkredit. Kan kredit juga perlu dicicil. Kalo tidak mampu, Nah lho...bayar dari mana??? Selain itu mewabahnya kredit motor berdampak pada jumlah motor yang jumlahnya berkali lipat lebih banyak. Saya melihat bahwa kemacetan bukan hanya ditimbulkan oleh sederetan kendaraan beroda empat atau lebih, melainkan motor yang berjejal di sepanjang jalan memiliki andil yang besar timbulnya kemacetan.
Saya mengapresiasi hadirnya kendaraan umum yang disediakan oleh Pemda Jakarta yaitu busway, walaupun untuk menuju kantor saya tidak menggunakan busway melainkan angkot. Pengendara mobil pribadi seringkali berkilah bahwa alasan untuk menggunakan mobilnya adalah agar nyaman walaupun berada dalam kemacetan (Lantaran ada ACnya kali ya, apa hanya sekedar lifestyle saja???). Menurut saya, transjakarta memberikan kenyamanan, akan teapi memang ketika pagi dan sore hati dimana merupakan jadwalnya orang-orang pergi dan pulang kantor, busway menjadi sesak. Akan tetapi, apabila para pemilik kendaraan pribadi ikhlas untuk tidak menggunakan kendaraan pribadinya, bisa saja armada transjakarta kemudian ditambah. Sekarang apabila jumlah armada dan koridor ditambah dengan asumsi pengguna jalan raya tidak berubah maka ruang gerak pengendara mobil akan semakin sempit, dan kemacetan semakin menjadi. Saya membayangkan apabila Jakarta seperrti negara eropa dimana kendaraan pribadi digunakan untuk rekreasi bukan untuk kegiatan rutin seperti berangkat bekerja. Menurut saya, peraturan mengenai kendaraan umum yang layak untuk beroperasi harus diperketat, dan kesadaran dari semua elemen masyarakat mengenai kemacetan harus menjadi concern bersama, bukan hanya membebankan kepada Pemerintah saja.
Mari kita ciptakan kenyamanan di jalan. Jangan jadikan kita menjadi cepat tua hanya karena kemacetan yang terlalu akrab dengan kita!

Selasa, 05 April 2011

BUMI CINTA

Kurang lebih sebulan yang lalu, saya membaca novel Habiburrohman El-Shirazy yang berjudul “BUMI CINTA”. Pada awalnya saya mengira buku ini hanya akan dipenuhi hal terkait dengan cinta. Ternyata, jauh dari dugaan saya.
Novel ini mengisahkan seorang Muslim Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang berjuang untuk mempertahankan keimanannya di Rusia yang merupakan Negara dengan pengguna akses internet pornografi terbesar di Dunia. Seks bebas menjadi hal yang tidak tabu disana. Ayyas yang merupakan lulusan Universitas Madinah mendapatkan ujian yang berat ketika harus satu apartemen dengan dua orang wanita yang cantik yaitu Yelena dan Linor. Yelena berprofesi sebagai pelacur kelas atas di Rusia. Banyak pejabat luar negeri bahkan dari Indonesia apabila berkunjung ke Rusia menggunakan jasa Yelena untuk memuaskan kebrutalan nafsu mereka. Sedangkan Linor berprofesi sebagai pemain biola dan wartawan. Profesi lainnya yang berusaha ia tutupi adalah sebagai agen Mossad. Banyak kasus yang telah ia selesaikan. Kebencian ia akan Islam ditanamkan oleh ayahnya yang merupakan agen zionis. Tak hanya dari teman satu apartemennya saja Ayyas diuji oleh Sang Kholiq,Anastasia Pallazo yang menjadi dosen pembimbingnya di Rusia hadir memenuhi kehidupan Ayyas. Tiga wanita tersebut yang kemudian mengisi hari-hari Ayyas dan mendominasi alur cerita dalam novel ini.
Dari ketiga wanita tersebut, entah mengapa saya telah jatuh hati kepada Linor. Padahal dalam novel tersebut digambarkan betapa kejam dan dinginnya wanita tersebut, berbeda dengan Anastasia. Dan ternyata dugaan saya benar. Linor memerankan peran yang penting dan membuat hati saya seakan terkoyak. Rahasia mengenai identitas Linor yang sebenarnya erungkap di akhir cerita. Linor yang nama aslinya Sofia ternyata adalah seorang wanita Palestina yang lahir dari seorang Dokter berdarah Palestina yang kemudian akhir hidupnya harus tewas dibantai oleh Yahudi dalam peristiwa pembantaian Shabra dan Shatila. Hati Linor terkoyak manakala dia menyadari akan betapa kejamnya dia telah membunuh banyak orang yang merupakan Saudaranya sendiri sesama Muslim. Linor merasakan penyesalan yang dalam,hingga akhirnya dia memutuskan untuk mempelajari Islam. Dia menyadari bahwa Agen zionis tidak mungkin melepaskannya, karena kasus pemboman Hotel Metropole yang mencoba mengaitkan Ayyas sebagai pelaku pemboman gagal total. Sejak dari itu, Linor menyadari bahwa maut terus membuntutinya. HIngga suatu malam dia bermimpi bahwa dia harus menemui orang yang memiliki sifat seperti Nabi Yusuf. Dan teringalah dia dengan Ayyas, orang yang ia coba untuk fitnah. Dengan penuh perjuangan akhirnya Linor bisa menemui Ayyas, kemudian Linor menceritakan mengenai identitas aslinya yaitu sofia yang berdarah Palestina. Linor meminta Ayyas untuk menjadikannya istri. Namun Ayyas meminta waktu untuk memikirkannya,dan Linor pun memakluminya. Beberapa saat kemudian ketika Linor meninggalkan Ayyas di apartemennya. Sebuah mobil melaju kencang dan sebuah peluru melesat ke arah jantung Linor. Gamis Linor pun bersimbah darah yang tak hentinya mengalir. Ayyas pun yang melihat kejadian itu dari jendela apartemennya kemudian berlari untuk menolong LInor. Namun akhirnya…...
Novel ini memang unhappy end, namun amat membekas di hati saya. Novel ini saya rekmendasikan untuk dibaca karena banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan. Novel Religius yang sangat jauh berbeda dengan Novel kang Abik yang sebelumnya. Selamat membaca…

Senin, 04 April 2011

Katanya dewasa, koq BOCAH??

Postingan ini masih ada kaitannya ama filosofi..Alaaah…(modal ngeles sebenernya.hehe).
Beberapa teman dekat saya banyak yang mengomentari kenapa saya menggunakan kata bocah untuk blog saya, trus stiker di laptop saya. Kalo di blog kan saya menggunakan nama bocahpunyacerita, kalo di laptop saya menggunakan nggabocah..(yang sering orang baca jadi nagabonar..What??? jauh amiiiirrr boo)
Saya sadar kalo tingkah laku saya terkadang kekanak-kanakan. Mungkin karena saya anak bungsu kali ya…(nyari pembelaan.^^). Namun,saya kurang suka apabila saya dikomentari, “bocah banget sih lw ji??”
Pas jaman sma, saya berteman banyak dengan remaja yang mengklaim dirinya dewasa. Kalimat, “Umur itu mutlak, dewasa itu pilih-pilih…”. Intinya kami menganggap bahwa usia kami yang lebih muda tidak berarti kalau kami belum dewasa dalam bersikap. Intinya sih pembelaan lagi…hehe..Jadi berkumpulah kami dalam komunitas dewasa-ers.(alaaahh…maksa)
Nah,ketika masuk era kuliah, saya (entah teman-teman saya merasakan hal yang sama atau tidak) berhadapan dengan yang katanya lebih dewasa, jadi saya memutuskan untuk menggunakan kata “BOCAH”. Kenapa?? Karena saya ingin menunjukkan “biar gw bocah, tapi gw bisa punya pemikiran yang dewasa. Masa bocah bisa punya pemikiran yang jauh (kaleee…)?”
Makanya saya sepakat dengan “Don’t judge by its cover!”. Tapi penonton, casing saya keliatan tua..huhu..padahal dah aksel nih..ckckckck...mustinya keliatan muda ya.. yasudlah intinya biarin deh saya bocah juga, toh itu kan filosofi saya.#nguatinpembelaanlagi 

What's your HOBBY???

Apa Anda punya hobi? Kapan Anda melakukan hobi tersebut? Pada saat Anda memiliki waktu luang atau sedang dalam kondisi bad mood? Menurut Anda, Hobi itu apa ya?kalau kata mas Wikipedia dengan bantuan mbah google, hobi itu kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. kata Hobi sendiri merupakan sebuah kata serapan dari Bahasa Inggris "Hobby" Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatakan kesenangan . Terdapat berbagai macam jenis hobi seperti mengumpulan sesuatu (Koleksi), membuat, memperbaiki, bermain dan pendidikan dewasa.
Sempat saya ragu, apakah yang saya lakukan termasuk ke dalam hobi atau tidak, karena seingat saya hobi adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin. Okelah,sekarang skip this point…!!!
Pernah tidak orang lain mengomentari mengenai hobi Anda? Kalau pengalaman saya, ada yang mengapresiasi secara positif, dan ada juga sebaliknya. Hobi saya adalah merajut, menyulam, dan cari masjid. Tanggapan orang lain mengenai hobi merajut dan meyulam beragam, ada yang mengomentari dengan, “Wah, cewe banget sih lw…Ajarin dong!!! (please deh, there’s nothing free in this world…hwehe..*bt mode on kalo yg diajarin susaaaah banget bisanya..Soalny merajut sudah saya lakukan sejak dari jaman SD.hehe..mustinya eke maklumin ya cinn…^^). Ada juga yang komentar, “Wah, kayak nenek banget sih lw ji…”. Dalam hati, “What??? Lw piker cuman nenek-nenek doang yang boleh kayak ginian???” *cuman bisa ngedumel dalam ati sebenernya…^^). Nah, Klo hobi nyari masjid, itu rata-rata ga ada yang kagum, kata orang aneh katanya. Pengennya setiap kali saya berkunjung ke suatu kota yang baru pertama kali saya kunjungi, saya ingin mengunjungi masjid yang bersejarah atau terkenal di daerah tersebut. Saya punya filosofi sendiri mengenai hobi saya yang satu ini. Toh, ga ada yang salah mengenai filosofi, yang ada hanya perbedaan sudut pandang. Saya menganggap bahwa hobi saya ini untuk melihat bagaimana Islam menyukai akan keindahan. Bagaimana Muslim dengan sedemikian rupanya membangun sebuah Masjid yang merupakan Rumah Allah. Intinya sih buat cuci mata.he…Mengagumi keindahan intinya. Jadi, bagi yang masih menganggap hobi saya aneh, jangan komentar langsung ke saya ya..cukup dalam hati kalian aja. *nyaripembelaan.com (hehe…^^)
Yasud, sekian cerita saya mengenai hobi. Hobi setiap orang itu berbeda, dan tujuan untuk melakukan hobi tersebut jug a berbeda. Selagi hobi orang yang bersangkutan ngga mengganggu kita. So…?? #tetepcaripembelaan.com…^^
Ikutin terus ya postingan eke selanjutnya…yuuk mariii…

Hah...Nahan Emosiiii?? #nadanyolot.com ^^


Saya mulai menekuni hobi baru yaitu menulis. Sebenarnya menulis telah saya lakukan sejak dari jaman sekolah dulu, tapi bukan menjadi sesuatu yang saya lakukan secara rutin. Saya mencoba untuk menjadikan hal ini sebagai rutinan untuk mengalihkan perhatian dari rasa bosan menunggu dan kekosongan. Saya bingung akan apa yang saya lakukan. Saya merasa jenuh mempelajari yang sulit saya mengerti dengan sekali membaca. Baiklah, kali ini saya mencoba untuk berbagi mengenai Anger Management.
Kemarin saya menonton acara Pak Mario Teguh dengan topik “Anger Management”. Saya memang tidak menonton acara tersebut secara keseluruhan. Akan tetapi, saya menangkap beberapa hal dari acara tersebut yaitu, marah itu bukan untuk dihilangkan melainkan untuk dikendalikan. Mengekspresikan kemarahan adalah suatu hal yang manusiawi,akan tetapi kita tidak terlepas dari tanggung jawab akan kemarahan yang kita lakukan. Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Pak Mario. Ketika kita meluapkan ekspresi kemarahan kita, kita merasa begitu lega, naumn tanggung jawab atas apa yang kita lakukan pasti ada, misalnya orang lain menjadi tidak simpatik kepada kita, atau permasalahan yang kita hadapi tidak terselesaikan. Dari kemarahan, kita bias mengambil sisi positifnya yaitu energy tambahan. Mungkin anda pernah merasakannya,ketika sedang didera rasa marah, anda merasakan tambahan energy berupa mengepalkan tangan dengan penuh tenaga, membanting barang disekitar anda dengan penuh tenaga, menggebrak meja dengan penuh tenaga, dsb. Pada intinya Anda menjadi lebih bertenaga. Saya mencoba untuk melihat ini sebagai salah satu langkah untuk mengatur emosi kita, yaitu dengan menggunakan tenaga tambahan tersebut untuk hal yang positif seperti beres-beres rumah, merapikan lemari, atau sebagainya. Hal ini pernah saya lakukan beberapa kali, dan itu cukup berhasil untuk mengalihkan perhatian saya yang pada awalnya terfokus kepada sumber kemarahan saya. Hal ini tentunya tidak mudah untuk kita lakukan. Namun, tidak ada salahnya juga kita coba.

Selasa, 29 Maret 2011

Al-Insyiroh

Pagi ini sebelum saya berangkat bekerja,saya sempatkan untuk melihat tayangan siraman rohani di Trans TV yaitu acara IQRA. Saya menyukai acara ini karena dari sekian ayat yang dibacakan kemudian dibahas mengenai hokum tajwidnya,kemudian dikaji bersama mengenai isi dari ayat suci Al-Quran tersebut. Pagi ini yang dibahas adalah suroh Al-Insyiroh. Surat ini Allah turunkan pada saat Rasul bersedih atas terhentinya turun ayat suci Al-Quran. Kaum Quraisy kemudian menghina Rasul dengan mengatakan bahwa Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya. Kemudian turulah suroh ini. Makna dari suroh ini setelah dikaji oleh ustadz pada program tersebut (maaf,saya lupa.he), dikatakn bahwa sesungguhny berbahagialah orang yang berlapang dada. Ketika ditimpakan suatu masalah,atau diberikan kehilangan atas apa yang ia miliki, ia tak lantas panik. Akan tetapi ia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt pemilik yang ada di bumi dan di langit (Al-Baqarah: 255).
Semoga apa yang saya simpulkan dari acara tersebut adalah benar adanya. Kesalahan adalah milik saya sepenuhnya,dan kebenaran berasal dari Allah swt.

Senyum Ucap Syukur

Pagi ini saya melihat senyum indah dari seorang bapak penjual lem serbaguna di lampu merah Ragunan. Senyumnya mengembang tatkala ada yang membeli lem yang ia jual.Dan saya melihat secara langsung,karena sang pembeli itu berada satu angkot dengan saya. Senyum bapak tersebut saya interpretasikan sebagai seyum penuh rasa syukur. Senyumnya yang mengembang tanpa ironi,dan hanya terisi ketulusan. Hingga saya menulis cerita ini,senyum bapak tersebut belum lekang dari ingatan. Beranjak dari angkot yang saya naiki, Bapak itu pun lekas mencari calon pembeli lainnya,dan apa yang saya lihat bapak tersebut mendapatkan 2 pembeli baru lainnya di seberang jalan lainnya. Padahal pada saat itu banyak pedagang yang menjual barang yang sama. Namun saya menyadari ikhtiar bapak tersebut memang sedikit lebih besar dibandingkn pedagang lainnya yang hanya menawarkan di sepanjang trotoar saja. Sedangkan bapak tersebut menawarkan hingga ke jalanan yang pada saat itu sedang macet. Dalam kemacetan saat itu,saya menyimpulkan bahwa rizki setiap orang telah Allah tentukan, akan tetapi tergatung terhadap bagaimana kita menjemput rizki-Nya. Dan rasa syukur yang terus kita panjatkan bisa menjadi cara untuk memudahkan jalan kita dalam menjemput rizki-Nya. InsyaAllah.

Minggu, 27 Maret 2011

Spirit You By Yourself

Kejenuhan mulai menggerogoti semangatku dalam beribadah di kantor. Aku tak lagi sama dengan hari pertama aku bekerja. Sebelumnya, setiap kali aku bekerja,sehari sebelumnya telah aku persiapkan apa saja yang akan ku bawa,baju yang akan kupakai.namun,hari ini untuk pertama kalinya aku mempersiapkan semuanya di hari yang sama sebelum aku pergi bekerja. Rabb,aku tahu bahwa semangat bekerja harus aku tumbuhkan dalam diri. Merugilah seseorang bila hari esok yang akan dijalani lebih buruk dibandingkan dengan hari yang telah dijalani. Rabb, iringilah waktu yang aku lewati dengan ridlo-Mu.