Minggu, 15 April 2012

Bersamamu, Ku Jemput Surga


Sahabat, saya mau sedikit berbagi mengenai materi yang disampaikan oleh ustadz Salim A Fillah kemarin (1 April 2012) di masjid Al-Azhar. Banyak poin penting yang saya catat dan saya amini :). Dan semoga kelak saya diperjumpakan dengan seseorang yang telah dipasangkan dengan nama saya di Lauhul Mahfudz dengan cara yang diridloi Allah. Aamiin.
Okay, saya akan mulai menjabarkan ke dalam 3 bagian, mulai dari Pemilihan Pasangan, Khitbah, dan Kehidupan Pernikahan. Kata panitianya sih 5, tapi saya bagi jadi 3 saja ya. :)

1. Pemilihan Pasangan
Ada beberapa perkara yang telah Allah tuliskan di lauhul mahfudz yaitu rizki, hidup, mati, dan jodoh (An-Naml : 75)

" Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)"

Dan tidak ada yang mampu mengubahnya tanpa seijin Allah. Tugas kita sebagai hamba-Nya adalah dengan berhusnudzan akan ketetapan Allah, bahwa apa yang Allah gariskan merupakan pilihan terbaik bagi hamba-Nya.

Dalam memilih pasangan terdapat 4 cara, yaitu:
a. Menata sikap terbaik kepada Allah swt, dan menyerahkan agar Allah memilihkan yang terbaik. Sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui yang terbaik bagi kita. Hal ini telah Allah jelaskan dalam ayat Al-quran dalam surat Al-Baqarah:216.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2:216)

b. Memperbaiki diri
Allah memasangkan diri kita dengan cermin diri. Yap, hal ini memang merupakan janji Allah yang tertuang dalam Surat An-Nuur: 26, bahwa laki-laki baik untuk wanita baik, dan laki-laki keji untuk wanita keji. Tentunya Sahabat menginginkan pasangan yang baik kan? So, ayo kita memantaskan diri untuk dipasangkan dengan laki-laki/wanita baik. 

Allah bukan memberikan jodoh yang sempurna melainkan yang tepat. Makanya ada istilah “ saling melengkapi “.hehehe…

c. Bermusyawarah dengan orang yang terpercaya dan dapat memberi masukan.
Hmm…. Yang termasuk kategori orang-orang tersebut bisa dari murobbi, ulama. Tapi yang paling utama adalah orang tua/wali nikah. Kita diperbolehkan untuk meminta dipilihkan ama orang tua. Kalo kata ustadz Salim, orang tua bukan sebagai tim penilai saja “Pak, Bu, gimana calon saya ini?” , tapi tim seleksi yang sekaligus menyaring kandidat.

d. Menjemput jodoh dengan cara yang diridloi Allah.
Ada istilah “Jodoh itu di tangan Allah”, mustinya ada tanda (*) syarat dan ketentuan berlaku kali ya.hehe… Jodoh memang di tangan Allah, dan akan tetap di tangan Allah kalau kita tidak menjemput jodoh tersebut dengan ikhtiar. 

Nah,ikhtiar yang dimaksud juga harus dengan cara yang diridloi Allah. No pacaran yaa...
Terus bagusnya kita memilih pasangan seperti apa? Kalau menurut saya adalah yang agamanya unggul. :) Rasul pernah berkata bahwa “barangsiapa yang menikah karena agamanya, maka dia akan beruntung”. Dan saya ingin menjadi salah satu orang beruntung tersebut. :)
Okay, sekarang ke step selanjutnya ya...

2. KHITBAH
Khitbah itu kalo berdasarkan pemaparan ustadz salim adalah ucapan seorang laki-lai kepada wali seorang perempuan agar bisa dinikahkan dengan perempuan yang menjadi perwaliannya.
Nah, kadang banyak yang kebablasan setelah proses khitbah, mikirnya udah setengah mateng kali ya alias setengah halal. Mana ada yang namanya setengah halal. Hehe..bukannya yang tengah-tengah itu alias syubhat? Mending tinggalin aja kan?

Intinya, yang perlu digarisbawahi, di-italic ama yang perlu di-BOLD itu bahwa status kita dengan “calon pasangan” itu ga ada yang berubah. Mentang-mentang udah dikhitbah boleh pegang-pegangan. Kan ga ada yang tahu selama masa jeda dari khitbah ke pernikahan kita masih dikasi umur apa ngga. Hal yang musti dilakukan selama jeda itu adalah PERSIAPAN DIRI. Persiapan diri bisa macam-macam  ya, baik raga akal, dan HATI. :)   Jangan putus-putus juga minta ama Allah buat diridloi dan dilancarkan prosesnya sampai dengan ijab kabul dan ke depannya.

3. Ijab Kabul
Ijab kabul itu kalau saya mendeskripsikannya sebagai serah dan terima tanggung jawab, Jadi, yang awalnya perempuan menjadi tanggungan orang tua perempuan tersebut, maka setalah kabul (terima), maka ikut beralihlah tanggung jawab atas perempuan kepada sang suami perempuan tersebut (dari mertua laki-laki ke laki-laki tersebut).

4. Konsekuensi Pernikahan
Pernikahan merupakan bentuk perjanjian yang kuat /berat dan serius di hadapan Allah swt. Disebutkan dalam QS An-Nisa ayat 21  “ Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.

Hal ini yang menjadikan alasan bahwa yang namanya pernikahan bukan untuk dipermainkan.  Nah, hidup kan ga mungkin mulus-mulus aja kan. Kalau kata AaGym, ciri orang hidup itu beralih dari satu masalah ke masalah lainnya. Dan sebenarnya kita cuman perlu yakin bahwa Allah pasti kasih kunci jawabannya,asal kita mau mencari jawaban tersebut dengan ikhtiar, du’a, dan terus diiringi dengan tawakkal ama Allah. Nah, begitu pun dengan menjalani kehidupan pernikahan.

Seringkali kalau lihat inpotemen di tipi-tipi alasan arteis-arteis cerai adalah karena ”BEDA PRINSIP”. Hmm... dari segi fisik perempuan dan laki-laki memang tidak sama. Salah satunya bedanya otak perempuan dan laki-laki. Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan itu terletak pada ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya.

Pertama, Perbedaan spasial. Otak laki-laki otak cenderung berkembang dan memiliki spasial yang lebih kompleks (seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik). Nah, ga heran kan kalau laki-laki disuruh ngoprek elektronik atau kendaraan bakal lebih anteng.

Kedua, Perbedaan verbal. Daerah korteks otak pria lebih banyak untuk melakukan fungsi-fungsi spasial dan cenderung sedikit pada daerah korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan kata-kata. Kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan atau corpus collosum otak laki-laki lebih kecil seperempat ketimbang otak perempuan. Kalau otak pria hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa memaksimalkan keduanya. That’s why perempuan lebih banyak bicara ketimbang pria.  (cerewet.red). Dalam sebuah penelitian katanya, perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata per hari, sementara pria hanya 7.000 kata! What??? Nah, untuk para laki-laki musti jadi pendengar yang baik ya, karena emang pada dasarnya perempuan lebih seneng ngomong.hehe...

Selain itu juga seringkan kita mendengar bahwa perempuan bisa melakukan beberapa pekerjaan dalam 1 waktu alias multi-tasking? Beda ama laki-laki yang akan fokus ama satu pekerjaan, misalnya mantengin tipi buat nonton bola, jadi mau dipanggil berkali-kali tetep aja cuek. Ini juga bisa jadi sumber konflik. Nah, para calon suami, dan para calon istri, dari sekarang musti udah pelajarin tentang tips2 biar bisa saling memahami pasangan.

Ketiga, Perbedaan bahan kimia. Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang membuatnya bersikap tenang. Tak aneh jika wanita lebih kalem ketika menanggapi ancaman yang melibatkan fisik, sedangkan laki-laki lebih cepat naik darah. Tambahan lagi, otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain atau dengan benda lebih banyak. Dua hal ini mempengaruhi kecenderungan biologis otak pria untuk tidak bertindak lebih dahulu ketimbang bicara. Ini berbeda dengan perempuan.

Dan,yang terakhir adalah Memori lebih kecil. Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala detail. Nah, hal ini yang sering jadi alasan kenapa kalau dalam pertengkaran antara laki-laki dan perempuan, pertengkaran tersebut berubah menjadi HISTORIS. Yap, HISTORIS. Saya yakin tidak salah ketik. Karena ketika laki-laki melakukan suatu kesalahan, sang perempuan bisa me-review kesalahan sang laki-laki dimulai dari awal biduk rumah tangga. Sungguh perbedaan itu nyata, dan sungguh hal itu berpengaruh besar kalau tidak disikapi dengan saling penhertian.

Nah, sekian yang bisa saya sampaikan mengenai poin terakhir yaitu konsekuensi pernikahan, yang intinya adalah suami dan istri harus menyelaraskan visi dan misi, dan saling pengertian.