Jumat, 14 Oktober 2016

Practical life: modal kemandirian anak di masa depan


Source: pinterest
“Adik,sudah selesai acaranya? Sudah pulang ya? Masak nasi ya dik, adik kan harus makan siang.”

Kurang lebih begitu percakapan yang saya dengar selintas dari sahabat saya dengan anaknya melalui telepon selular. Selanjutnya, Beliau mengarahkan anaknya untuk memasak nasi sesuai dengan yang pernah diajarkan waktu sekolah. Hah, sekolah?

Iya, beliau adalah seorang homeschooler. Sahabat saya ini yang saya lebih senang memanggilnya dengan sebutan Ummi Ali memilih homeschooling untuk kedua anaknya yang berusia 9 dan 7 tahun sejak dua tahun lalu. Beliau memang pernah berbagi dokumentasi pembelajaran di rumahnya di grup komunitas kami mengenai pelajaran memasak nasi. Lho kok memang perlu ya belajar masak nasi? Yah, walaupun hanya sekedar masak nasi di magic com yang sebenarnya tinggal colok listrik saja kan ya tidak perlu jadi materi pembelajaran toh! Mungkin hal tersebut akan selintas terpikir oleh kita. Namun, di usia yang sama yaitu anak umur 7 tahun, sudah berapa banyak yang membantu orang tuanya untuk memasak nasi walaupun hanya memasak menggunakan magic com. Beliau memaparkan bahwa tujuan utama dari pembelajaran memasak nasi diharapkan dapat menanamkan kemandirian anak sedini mungkin atau kita sebut istilah kerennya Practical Life ya. Selain itu,anak-anak pun belajar mengenai takaran (beras dan air), proses yang dihasilkan dari beras, air dan pemanasan menggunakan listrik hingga menjadi nasi. Wah, ternyata dari hal sehari-hari saja yang sudah “sangat biasa” dapat diuraikan menjadi banyak materi pelajaran yang menarik.


Saya pernah berbincang-bincang dengan beliau tentang mengapa Practical Life menjadi salah satu concern utamanya. Ummi Ali menerangkan selain dari masalah “adab”, practical life adalah hal yang tidak kalah pentingnya. Karena ia sadari bahwa ia tidak tahu akan sampai kapan dapat membersamai anak-anaknya dan di masa yang akan datang nanti biaya tenaga Asisten Rumah Tangga akan semakin mahal. Jadi, kalau tidak dipersiapkan sedini mungkin, ketika besar nanti mereka yang akan merasa kewalahan. 😊

Sekilas dari cerita di atas, mungkin belum banyak atau masih sedikit sekali sekolah formal yang menjadikan practical life sebagai konten dari pelajaran. Maka dari itu, sebagai orang tua tentunya peranan ini perlu dan harus kita yang ambil alih.







Mamah, bersediakah membantu kehidupan si kecil di masa yang akan datang?

Jika iya, mari tumbuhkan dan pupuk terus kemandiriannya!


Rabu, 27 April 2016

Mahmudstangerang bahas "Apa sih itu Montessori?"

Assalamu’alaykum wrwb

Setelah berkenalan dengan banyak emak emak kece di Instagram dan gabung di komunitas mamah mamah muda tangerang (@mahmudstangerang), Ibu makin penasaran dan ingiiiiiiin sekali belajar banyak tentang pengasuhan anak. Hmm….pengasuhan anak tidak akan terlepas dari metode pendidikan, setuju tidak? Dan sejauh mata memandang, sekarang yang lagi happening banget adalah Metode Montessori. Coba deh ketik di menu pencarian hashtag #montessoriathome atau #montessoridirumah jumlahnya seabreg.

Terus Montessori itu apaan sih bu?

Kilas balik dulu ya, kemarin lusa tanggal 24 April 2016 ibu ikutan playdate gitu bareng member mahmudstangerang di Scientia Square Park (SSP). Bahasannya tentang Montessori. Lumayan terbukakan lho mata hati dan pikiran. Hahaha…

Ibu coba review ya. Montessori sendiri merupakan nama belakang dari dr. Maria Montessori yang merupakan penemu dari metode yang memadukan ilmu pendidikan dan kedokteran.  Awalnya metode ini ditujukan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jadi, mulai dari fasilitas dan metode penyampaiannya juga memang didesain untuk ABK agar lebih focus. Hal beda yang ibu tangkap dari metode ini adalah “Less is More”. Maksudnya bu? Iya, apartus kerja (dibaca : mainan) didesain sedikit warna misalnya satu atau dua warna saja kecuali memang pada areal sensori untuk pengenalan warna tentu warna yang disediakan juga beragam. Pada pengenalan huruf digunakan hanya dua warna yaitu merah untuk konsonan dan biru untuk huruf vocal. Kok ga berwarna warni kayak di TK sih? Karena memang metode Montessori ini ditujukan agar ABK focus. Benang merahnya adalah mainan di setting mau ngenalin warna apa huruf sih? Nah, begitu maksudnya. Contoh lagi yang tidak banget alias tidak sesuai menurut metode Montessori adalah doughnut ring yang dimainkan dengan cara mengurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil (dari bawah ke atas). Umumnya warna donatnya warna warni kan? Jadi mau mengenalkan warna atau ukuran besar kecil? Semoga penjelasan ibu cukup jelas ya. Untuk mengenalkan ukuran sebaiknya menggunakan warna yang sama, misalnya dengan menggunakan pink tower atau brown stairs.

Less selanjutnya adalah Speechless. Ibu cerewet plus suka komen seperti saya menilai poin ini super berat. Hahaha…Metode Montessori sangat menekankan agar anak bisa melakukan pembelajaran sendiri alias self learning dan self correction. Jadi orang tua yang ingin menerapkan Montessori di rumah diharapkan menjaga mulut. #ntms pisan.

Nah, hal yang paling mengena dari pertemuan kemarin adalah Montessori dapat dilakukan di rumah dengan dukungan secara fisik. Maksudnya?

Iya, peralatan di rumah dikondisikan/disesuaikan dengan ukuran anak. Misalnya meja atau rak buku yang dapat dicapai oleh anak.tujuannya untuk apa sih? Agar anak tidak demanding terhadap orang dewasa alias anak belajar mandiri. Karena area montessori yang jadi prioritas utama atau paling awal dikenalkan adalah area "Practical Life /Keterampilan Hidup"

Dukungan apa lagi yang diperlukan untuk anak montessori di rumah?
♥Estetika: orang tua bisa memberikan space khusus untuk si anak di rumah yang terstruktur dan teratur, indah, bersih juga nyanan untuk anak berekplorasi
♡Intelektual: terdapat 5 area kurikulum yaitu practical life, sensorial, language, mathematics dan cultural. Dilengkapi dengan apartus yang sesuai dan dipelihara, digunakan bergiliran dan dikembalikan ke tempat semua setelah digunakan.
♥Sosial dan emosional: anak dilatih bertanggung jawab dengan segala kebebasan aktivitasnya.


Sebelum melangkah ke tahapan siklus kerja Montessori, mari kita pengenalan istilah dulu ya, karena tak kenal maka tak sayang. Hehe…Kenapa sih pakai istilah kerja terus? Karena menurut Montessori, pekerjaan anak adalah bermain. Jadi, ketika menemui anak bermain, sebenarnya anak sedang bekerja. 

Lalu, tahapan siklus kerjanya seperti apa?

Ajak anak untuk bekerja dengan alat tertentu atau biarkan anak memilih kegiatannya. Mommies bisa siapkan 2-3 kegiatan* jika memungkinkan ya mom. Hihihi.. Mommies selalu duduk di posisi tangan dominan anak (akalau anak dominan tangan kanan, maka mommies duduk sebelah kanan anak ya mom). Lalu, mommies presentasikan nama alat dan cara kerjanya. Setelah itu berikan kesempatan anak mencobanya. Pssstttt….jangan komen ya! Ga boleh pokoknya. Kecuali kalau anak yang meminta petunjuk atau arahan lebih dari kita sebagai fasilitator. Memulai kegiatan dari kiri ke kanan (misalnya menuang biji-bijian dari gelas yang di kiri ke gelas yang di kanan). Hal ini untuk membiasakan menulis atau membaca huruf latin. Lalu kembangkan kemampuan VISUAL bukan HAPAL symbol. Maka dari itu, cara yang unik untuk mengenalkan huruf pada anak bukan hanya dengan menyuruh anak menghapal symbol huruf dari A sampai Z, melainkan dengan cara anak meraba dan merasakan bagaimana huruf itu sendiri, misalnya dengan tracing huruf pada sand paper. Unik bukan? #jadi keingetan PeeR playdate kemarin hahaha…
Area Montessori sendiri ada 5 areal. Apa saja dan apa yang paling pertama sebaiknya diajarkan? Penasaran? Tunggu postingan ibu selanjutnya ya….hihihi…

Salam hangat,

Ibu Ihsaan



Kamis, 28 Januari 2016

MPASI : Babak baru bagi si kecil

Setelah tahapan ASI eksklusif dilalui, memasuki usia 6 bulan adalah babak baru bagi si kecil untuk memulai MPASI yang merupakan singkatan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Sebagaimana fungsinya sebagai pendamping, maka menu utamanya tetap ASI bukan? setelah saya membaca buku karya , pemberian makanan pendamping merupakan salah satu cara penyapihan bayi terhadap susu ibu. Oh iya, saya tidak sepenuhnya menerapkan metode BLW untuk Ihsaan. Saya kombinasikan dengan spoon fed. :-)
Lalu, apa saja yang harus kita persiapkan untuk MPASI si kecil? Ini pengalaman saya ya bunda, semoga bermanfaat.

1. High Chair atau Booster
Penggunaan high chair atau booster tergantung pilihan bunda sendiri. Saya memilih menggunakan high chair untuk Ihsaan karena memang tidak ada kursi yang pas untuk booster. hehe...alasan yang cukup logis. High chair yang saya pilih juga sangat sederhana. Awalnya saya berniat beli di IKEA atas rekomendasi teman saya, harga satu set nya (high chair dan tray) 229 ribu rupiah. Alhamdulillah saya dapat rizki voucher Informa dari kakak saya, ya sudah akhirnya saya membeli di informa high chair nan simple berwarna biru dengan harga yang lebih terjangkau yaitu 219 ribu. Lebih murah ya..hehe #ibuhemat

2. Bib/Apron/Slabber
Jenis apron yang saya tahu dulu waktu kecil berbahas kaos, ternyata sekarang banyak sekali pilihan apron berbahan plastik. Lebih mudah untuk dibersihkan (baca: cuci-kering-pakai). Saya pun memilih apron pelikan. Itu lho yang belakangnya ada plastik yang bisa dibalik ke depan. Tujuannya adalah jika terjadi peperangan saat proses makan (hahaha...lebay), makanan tidak langsung jatuh ke lantai tapi masuk ke kantung pelikan pada apronnya. Tapi, praktiknya tetap saya alasi koran. Karena Ihsaan sering kali tarik-tarik apronnya, jadi jatuh makanannya pun ke segala arah.

3. Peralatan Makan
Ihsaan adalah bayi hemat, hehe...Alhamdulillah Ihsaan dapat feeding set yang BPA free. Jadi ibu ga repot-repot belanja lagi. Dan menurut yang Ibu baca, gunakan peralatan makan yang tidak terlalu banyak gambar dan warnanya tidak terlalu mencolok, agar si kecil fokus pada makanan yang diletakan pada wadah bukan pada wadahnya. 

4. Sterilizer atau sterilkan dengan cara tradisional
Pengalaman Ihsaan yang sempat kena disentri menjadi pelajaran berharga bagi Ibu dan Ayah. Sejauh ini memang untuk mencuci dan mensterilkan alat makan Ihsaan, Ibu belum menggunakan sterilizer (soalnya masih tertinggal di rumah nenek di Sukabumi) tapi masih menggunakan metode rendam di air panas. Jadi caranya masak air sampai mendidih, lalu matikan api. Kemudian masukan alat makan yang akan disterilkan, tunggu sekitar 1-3 menit lalu tiriskan dan gunakan. Jadi, dapat dikatakan sterilizer sifatnya sunnah. hehe...Honestly, kalau bukan karena dapat kado dari teman satu gank, Ibu ga bakal beli. Abis mahal ya buibu...hehe...



Salahkah Ibu yang akhirnya memberikan Sufor untuk bayinya?

Anak ASI Versus anak Sufor menjadi topik yang selalu hangat diperbincangkan. Si Ibu ASI akan cenderung merasa "safe" dan unggul ketika mampu memberikan ASI untuk anaknya. Lalu, apakah Ibu yang memberikan sufor adalah ibu yang tidak cinta pada anak?
Dalam Islam, persoalan saudara persusuan diatur yang menunjukkan bahwa Alloh yang Maha Menguasai segalanya sudah mengatur sedemikian rupa perihal ini. Hmm...yang artinya memang ada beberapa wanita yang Alloh kehendaki tidak bisa menghasilkan ASI, maka dari itu agar anak tetap mendapatkan manfaat ASI dapat ditempuh dengan adanya Ibu Susu. Lalu, mengapa hal ini masih dianggap "ribet" oleh beberapa kalangan? Ini dia beberapa alasannya.
1. Orang tua penerima donor asi harus bisa menerima konsekuensi yang dihasilkan dari donor asi ini berupa konsekuensi saudara sepersusuan. Lalu, apa yang dimaksud saudara sepersusuan?
2. Konsekuensi lainnya adalah orang tua penerima asi harus memastikan bahwa asi yang diterima dihasilkan dari ibu asi yang sehat dan berkepribadian baik.

Si Anak Kampung, Rejeki Kota (part 1 : perawan jam 3)

Akhirnya dia kembali ke kampung halamannya, tempat dia dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya. Semua kejadian yang terjadi dalam kehidupan merupakan scenario Alloh yang pasti ada hikmah di dalamnya. Setelah kepergian Mama Iyah di bulan April tahun lalu, Kami diminta menempati rumah ini, ya rumah yang dulu dihuni oleh Mama dan cucunya di Balaraja. Kami yang dulu tinggal di rumah kontrakan di Jakarta akhirnya InsyaAlloh tinggal menetap disini. Jujur pada awalnya saya keberatan, 2 minggu pertama disini saya habiskan dengan banyak mengeluh dan menangis. Gambaran rencana saya adalah tinggal di perumahan atau cluster di daerah pinggiran Jakarta. Setelah saya positif dinyatakan hamil, saya dan suami semakin gencar mencari rumah yang kami idamkan. Ada yang cocok di hati tapi tidak cocok di kantong, ada yang cocok di kantong tapi terlalu menyiksa (terlalu jauh dengan tempat kami beraktivitas). Qadarullah ternyata ini memang rencana Alloh.

Mengenalnya selama hampir 9 tahun dan berstatus istri selama 3 tahun rupanya masih banyak hal dari dirinya yang belum saya ketahui. Alhamdulillah lebih banyak hal positifnya. hehe...

Kami disini tinggal berdekatan dengan keluarganya, dan dari merekalah akhirnya saya mengetahui banyak cerita tentang masa kecilnya. 

Suatu hari ketika saya mengajak Ihsaan ke POSYANDU, saya berbincang-bincang dengan para Kader POSYANDU yang sangat akrab dengan Almarhum Mamah dulu, karena mama juga dulunya adalah seorang Kader. Mereka berkomentar akan badan Ihsaan yang begitu gempal, dan mendoakan agar Ihsaan pintar seperti Ayahnya. Salah satu Ibu Kader bercerita bahwa Hata (nama suami saya) terkenal pintar, dari SD sampai SMA selalu jadi ranking 1 dan mendapat gelar juara umum di sekolahnya. Maka selama sekolah dia dibebaskan biaya sekolah alias gratis. Ketika saya menceritakan apa yang saya dengar kepada Teh Yayat (sepupunya yang dulu tinggal satu rumah dengannya), Teh Yayat bercerita sambil tertawa, "Iya, tapi herannya dia mah belajarnya sambil nonton TV. Kaki disimpen di TV buat mindahin saluran sambil buka-buka buku. Ga pernah belajar serius."

Selain soal kepintarannya, hal lain yang saya dengar tentangnya adalah dia yang seorang anak rumahan. Keponakannya bercerita, "Iya, amang mah anak rumahan. Ama temen-temenny aja dipanggil perawan jam 3 alias jam 3 harus udah ada di rumah.  Terus kan pergi pulang sekolah dianter ojek jemputan. Kan jarang banget anak cowo pake jemputan." Hmmm...

Rabu, 20 Januari 2016

Bumi Cinta

Kurang lebih sebulan yang lalu, saya membaca novel Habiburrohman El-Shirazy yang berjudul “BUMI CINTA”. Pada awalnya saya mengira buku ini hanya akan dipenuhi hal terkait dengan cinta. Ternyata, jauh dari dugaan saya.


Novel ini mengisahkan seorang Muslim Indonesia bernama Muhammad Ayyas yang berjuang untuk mempertahankan keimanannya di Rusia yang merupakan Negara dengan pengguna akses internet pornografi terbesar di Dunia. Seks bebas menjadi hal yang tidak tabu disana. Ayyas yang merupakan lulusan Universitas Madinah mendapatkan ujian yang berat ketika harus satu apartemen dengan dua orang wanita yang cantik yaitu Yelena dan Linor. Yelena berprofesi sebagai pelacur kelas atas di Rusia. Banyak pejabat luar negeri bahkan dari Indonesia apabila berkunjung ke Rusia menggunakan jasa Yelena untuk memuaskan kebrutalan nafsu mereka. Sedangkan Linor berprofesi sebagai pemain biola dan wartawan. Profesi lainnya yang berusaha ia tutupi adalah sebagai agen Mossad. Banyak kasus yang telah ia selesaikan. Kebencian ia akan Islam ditanamkan oleh ayahnya yang merupakan agen zionis. Tak hanya dari teman satu apartemennya saja Ayyas diuji oleh Sang Kholiq,Anastasia Pallazo yang menjadi dosen pembimbingnya di Rusia hadir memenuhi kehidupan Ayyas. Tiga wanita tersebut yang kemudian mengisi hari-hari Ayyas dan mendominasi alur cerita dalam novel ini.

Dari ketiga wanita tersebut, entah mengapa saya telah jatuh hati kepada Linor. Padahal dalam novel tersebut digambarkan betapa kejam dan dinginnya wanita tersebut, berbeda dengan Anastasia. Dan ternyata dugaan saya benar. Linor memerankan peran yang penting dan membuat hati saya seakan terkoyak. Rahasia mengenai identitas Linor yang sebenarnya erungkap di akhir cerita. Linor yang nama aslinya Sofia ternyata adalah seorang wanita Palestina yang lahir dari seorang Dokter berdarah Palestina yang kemudian akhir hidupnya harus tewas dibantai oleh Yahudi dalam peristiwa pembantaian Shabra dan Shatila. Hati Linor terkoyak manakala dia menyadari akan betapa kejamnya dia telah membunuh banyak orang yang merupakan Saudaranya sendiri sesama Muslim. Linor merasakan penyesalan yang dalam,hingga akhirnya dia memutuskan untuk mempelajari Islam. Dia menyadari bahwa Agen zionis tidak mungkin melepaskannya, karena kasus pemboman Hotel Metropole yang mencoba mengaitkan Ayyas sebagai pelaku pemboman gagal total. Sejak dari itu, Linor menyadari bahwa maut terus membuntutinya. HIngga suatu malam dia bermimpi bahwa dia harus menemui orang yang memiliki sifat seperti Nabi Yusuf. Dan teringalah dia dengan Ayyas, orang yang ia coba untuk fitnah. Dengan penuh perjuangan akhirnya Linor bisa menemui Ayyas, kemudian Linor menceritakan mengenai identitas aslinya yaitu sofia yang berdarah Palestina. Linor meminta Ayyas untuk menjadikannya istri. Namun Ayyas meminta waktu untuk memikirkannya,dan Linor pun memakluminya. Beberapa saat kemudian ketika Linor meninggalkan Ayyas di apartemennya. Sebuah mobil melaju kencang dan sebuah peluru melesat ke arah jantung Linor. Gamis Linor pun bersimbah darah yang tak hentinya mengalir. Ayyas pun yang melihat kejadian itu dari jendela apartemennya kemudian berlari untuk menolong LInor. Namun akhirnya…...

Novel ini memang unhappy end, namun amat membekas di hati saya. Novel ini saya rekmendasikan untuk dibaca karena banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan. Novel Religius yang sangat jauh berbeda dengan Novel kang Abik yang sebelumnya. Selamat membaca…

Rabu, 13 Januari 2016

Need 'ME TIME'

Ketika saya diminta mendefinisikan apa itu pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga? Saya tahu jawabannya. Ibu rumah tangga adalah profesi untuk mengerjakan tugas yang tidak pernah ada habisnya. 24 jam. Hihihi...sadis kan? bila sebelumnya ketika saya berprofesi sebagai karyawan swasta yang memiliki jam kerja dari pukul 8.30 sampai dengan 17.30 (yah...walaupun ga jarang juga lembur di kantor), tapi setidaknya ada status pekerjaan selesai atau rampung. Namun, saat ini ketika profesi IRT melekat pada diri saya, rasanya to-do list selalu bergerak naik menagih diselesaikan. Tumpukan cucian habis, angkat baju kering di jemuran, alhasil baju setrikaan yang menumpuk.Belum lagi tugas dapur, beres-beres rumah.

Yah, Ibu bangga lho ama ibu sendiri. Hahaha...Ga nyangka ya udah 2  bulan lebih tinggal di Balaraja tanpa ART seperti yang direncanakan dulu sebelum pindah kesini. Yah, walaupun masih banyak keteteran ini itu, kelewat jadwal makan, masak mepet maghrib, mandiin sore ihsaan kadang kelewat maghrib, ngejar setoran ODOJ masih ngos-ngosan, business plan yang belum rampung sampai sekarang, belum istiqomah bangun sholat malam dan bangunin ayah buat sholat subuh di Masjid, story telling buat Ihsaan dengan kualitas yang STANDARD (cara ngucapin ala host the comment. :D), nulis jurnal harian super keteteran, belum beresin rumah menjadi selayaknya rumah. Oohh...peer Ibu banyak banget ya yah buat jadi Ibu Rumah Tangga Profesional. Tapi, boleh ga ibu minta rewards untuk effort Ibu 2 bulan ini. Biar ibu bisa recharge diri ibu. 

Ga perlu tegang ya yah. Ibu ga minta yang aneh-aneh kok. Ibu cuman minta "ME TIME". Kata teman Ibu, Me Time adalah solusi untuk menjaga kewarasan seorang Ibu Rumah Tangga.

Ibu pengen banget bisa hang out sama temen-temen ibu baik itu temen kuliah S1 dulu atau S2 dulu atau temen-temen baru yang Ibu kenal di dunia instagram (a.k.a kopi daratan). Atau kalau boleh dibonusin dengan  ikut kajian di Masjid DT Cipaku. Ibu butuh penyegaran baik jasmani maupun rohani. Rasanya sudah lama banget ibu ga ikut kajian. Hati ibu kering bak padang pasir. Tsaahh...but, honestly i need that. Ibu butuh penyegaran dan bersosialisasi. Ibu ingin satu weekend yang tidak hanya acara kumpul keluarga atau stay di rumah. 

Semoga tulisan ini bisa membujuk ayah ya. hehe..

Love you Ayah.


Selasa, 12 Januari 2016

Agribusiness Mommy Institute

ODOP mulai keteteran nih huhuhu...

Baik, mulai rapikan agenda lagi. SEMANGATTT!!

Hari ini saya akan membahas mengenai pentingnya saling berbagi informasi. Alhamdulillah sudah terasa banyak manfaatnya dari perhimpunan emak-emak yang notabene temen kuliah jaman dulu. Kami yang dulu awal masuk kuliah tahun 2006, kebanyakan dari kami sudah berbuntut alias beranak pinak. Paling banyak dengan 2 anak. Iya, kami tergabung dalam Agribusiness Mommy Institute.

Atas inisiatif teman kuliah, dia menginvite sejumlah bumil busui ke dalam grup "bumil busui agb 43". Nah; kemudian saya coba ganti dengan nama Agribusiness Mommy Institute dengan harapan bisa mengcover semuanya mulai dari yang sedang program hamil, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu yang sudah tidak menyusui lagi. Misalnya dengan berbagi tips bermain dsb.

Senin, 11 Januari 2016

NO TIPPING bukan berarti NO PUNGLI

Selamat hari senin, semuanya!

Saya mau berbagi pengalaman pertama mengurus cargo di bandara. Hari sabtu kemarin, saya mendapat amanah dari kakak saya untuk mengambil barang-barangnya sebanyak 16 koli di Cargo Garuda. Saya benar-benar awam mengenai hal ini, begitupun suami saya. Akhirnya berbekal dari google, saya menghubungi contact center Cargo Garuda untuk menanyakan lokasi pengambilan barang di Bandara Soekarno Hatta. Bagi yang belum tahu, saya share ya lokasinya, yaitu arah terminal 3, setelah bunderan batu belok kiri, kemudian ada tulisan terminal cargo dan melewati terowongan kemudian belok kiri lagi. Setelah itu, ikuti sign yang ada, dan lokasinya tepat di sisi kiri bersebelahan dengan kantor pos Indonesia. Adapun lokasi customer service Cargo Garuda berada di gudang 510. Semoga cukup jelas ya.

Lanjut lagi yaa...

Nah, karena barang yang diangkut cukup banyak, akhirnya kami memesan GO-BOX. Ihhh...i really appreciated it. Fast response pisan. Ini yang disebut inovatif, ketika inovasi tersebut sangat mudah diaplikasikan. Jujur saja, saya pertama kali menggunakan fitur dari Go-Jek. Biaya yang harus dikeluarkan juga sudah sangat jelas di awal, jadi klik order apabila user menerima biaya yang tercantum. Akhirnya, kami (saya,suami dan baby ihsaan) kopdar sama mamang GO-BOX di area cargo garuda. Oohh...langkah selanjutnya apa ya? Saya mencoba melihat hiruk pikuk yang ada disitu. Okay, langkah pertama adalah antri di loket yang bertuliskan 'CARGO GARUDA' untuk mendapatkan Delivery Order a.k.a DO yang kemudian kita mengantri kembali ke kasir untuk membayar sejumlah biaya (doc charge, sewa gudang, dll). Ow ow...suami tidak membawa uang cash dalam jumlah banyak, karena tidak tersedia layanan gesek atau menggunakan debit card.

Hmm...pergilah suami saya ke ATM di dekat situ sembari membeli sarapan untuk saya (buru-buru jadi ga sempet sarapan deh). Akhirnya ketika dibayarkan disebut 381.700, saya berikan uang 400 ribu dan diberi kembali 17ribu, ada yang keliru menghitung uang kembalian sepertinya. Tapi saya tidak heran, karena bapak yang mengantri di depan saya juga diminta uang 15 ribu padahal tertera pada dokumennya 13ribu sekian. Nominalnya memang sangat kecil, hanya sekitar 1-2ribu yang apabila dikalikan 100 transaksi dalam sehari hanya akan diperoleh 1-2 ratus ribu, lain halnya ya kalau dikali 30 hari dalam sebulan. Tapi, sangat disayangkan keberkahan mencari  rizki yang halal harus ternodai hanya karena uang recehan. Semoga memang mas-mas yang di loket kasir itu hanya keliru menghitung kembalian ya, semoga. Aamiin.

Setelah soal bayar-membayar selesai. Kami pergi ke bagian pergudangan dan menyerahkan lembaran lembaran berwarna putih dari dokumen DO ke bagian gudang dan menunjukkan lembaran biru ke sekuriti pada saat meninggalkan area cargo. Setelah barang-barang selesai diangkut ke dalam mobil box, seseorang dari bagian gudang "mepet" terus memberi sinyal kepada suami untuk memberi uang tip, suami mengeluarkan uang sebesar 10 ribu, setelah itu seorang porter berseloroh, "Pak, saya pak porter." Lalu, saya yang menimpali, "bukannya NO TIPPING." dengan nada datar. Si porter pun menyengir malu lalu pergi dari hadapan kami. Ternyata hal tersebut tidak memundurkan niat sang sekuriti. Karena sekuriti terus berkicau "mepet' kami juga. Setelah kami pamit pergi, suami pun menitipkan sedikit untuk sang sekuriti. Hmm.. rasa nggak enak kali ya pak suami dengan pak sekuriti. Ternyata setelah pak suami check in di foursquare, banyak testimoni yang muncul dan highlightnya adalah "Prepare for ilegal fee". Ho hi ho...

Semoga semua bisa lebih profesional ya, bagi si penyedia jasa maupun si pengguna jasa. Hal ini diawali dengan rasa ga enakan yang berujung pada kebiasaan menerima bagi si penyedia jasa, jadi kalau ga nerima "uang lebih" berasa ga afdol gitu. Hmmm..nanti pas sekalinya ada yang ga ngasih, si penyedia jasa ngerasa ga ikhlas. Hmmm...yuuk ah profesional. NO TIPPING bener-bener NO TIPPING. :)