Ada hal yang kurang baik yang
harus saya ubah secepatnya, yaitu berhenti menafsirkan. Seringkali ketakutan
dan kekhawatiran timbul pada diri saya karena saya menafsirkan berlebihan.
Seperti pada saat akan bimbingan dosesn, deg-degannya bukan main. Nada yang salah
ketika membaca sms dari dosen membuat saya kalang kabut, khawatir kalau dosen
tersinggung dengan SMS saya. Sedih dan cemas seharian itu. :’(
Tapi ternyata waktu bimbingan,
dosennya sampai bilang “Sama saya mah nyantai aja ya, kalau saya ga bales bukan
berarti saya marah, cuman saya kadang kelupaan”. Dan setelah mendengar cerita
saya, suami berkomentar “Makanya kamu jangan terlalu cemas ya.Keep positive!”
Benar, kehati-hatian itu perlu
namun tidak boleh sampai membelenggu kita dalam kekhawatiran. Belajar untuk
berpikir positif itu sulit-sulit mudah-mudah gampang, terlebih ketika
semua dikaitkan dengan realita hidup dan logika. Alloh menyuruh kita untuk
berpikir positif karena Alloh sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Hadist Abu Hurairah r.a ia
berkata Rasululloh saw bersabda:
“Alloh berfirman ‘Aku berada pada
Sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia
mengingat-Ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia
mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang
lebih baik darinya, dan jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat
padanya satu hasta, jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat
padanya satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan
datang kepadanya dengan berlari.”