Kamis, 28 Januari 2016

Si Anak Kampung, Rejeki Kota (part 1 : perawan jam 3)

Akhirnya dia kembali ke kampung halamannya, tempat dia dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya. Semua kejadian yang terjadi dalam kehidupan merupakan scenario Alloh yang pasti ada hikmah di dalamnya. Setelah kepergian Mama Iyah di bulan April tahun lalu, Kami diminta menempati rumah ini, ya rumah yang dulu dihuni oleh Mama dan cucunya di Balaraja. Kami yang dulu tinggal di rumah kontrakan di Jakarta akhirnya InsyaAlloh tinggal menetap disini. Jujur pada awalnya saya keberatan, 2 minggu pertama disini saya habiskan dengan banyak mengeluh dan menangis. Gambaran rencana saya adalah tinggal di perumahan atau cluster di daerah pinggiran Jakarta. Setelah saya positif dinyatakan hamil, saya dan suami semakin gencar mencari rumah yang kami idamkan. Ada yang cocok di hati tapi tidak cocok di kantong, ada yang cocok di kantong tapi terlalu menyiksa (terlalu jauh dengan tempat kami beraktivitas). Qadarullah ternyata ini memang rencana Alloh.

Mengenalnya selama hampir 9 tahun dan berstatus istri selama 3 tahun rupanya masih banyak hal dari dirinya yang belum saya ketahui. Alhamdulillah lebih banyak hal positifnya. hehe...

Kami disini tinggal berdekatan dengan keluarganya, dan dari merekalah akhirnya saya mengetahui banyak cerita tentang masa kecilnya. 

Suatu hari ketika saya mengajak Ihsaan ke POSYANDU, saya berbincang-bincang dengan para Kader POSYANDU yang sangat akrab dengan Almarhum Mamah dulu, karena mama juga dulunya adalah seorang Kader. Mereka berkomentar akan badan Ihsaan yang begitu gempal, dan mendoakan agar Ihsaan pintar seperti Ayahnya. Salah satu Ibu Kader bercerita bahwa Hata (nama suami saya) terkenal pintar, dari SD sampai SMA selalu jadi ranking 1 dan mendapat gelar juara umum di sekolahnya. Maka selama sekolah dia dibebaskan biaya sekolah alias gratis. Ketika saya menceritakan apa yang saya dengar kepada Teh Yayat (sepupunya yang dulu tinggal satu rumah dengannya), Teh Yayat bercerita sambil tertawa, "Iya, tapi herannya dia mah belajarnya sambil nonton TV. Kaki disimpen di TV buat mindahin saluran sambil buka-buka buku. Ga pernah belajar serius."

Selain soal kepintarannya, hal lain yang saya dengar tentangnya adalah dia yang seorang anak rumahan. Keponakannya bercerita, "Iya, amang mah anak rumahan. Ama temen-temenny aja dipanggil perawan jam 3 alias jam 3 harus udah ada di rumah.  Terus kan pergi pulang sekolah dianter ojek jemputan. Kan jarang banget anak cowo pake jemputan." Hmmm...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar