Senin, 11 Januari 2016

NO TIPPING bukan berarti NO PUNGLI

Selamat hari senin, semuanya!

Saya mau berbagi pengalaman pertama mengurus cargo di bandara. Hari sabtu kemarin, saya mendapat amanah dari kakak saya untuk mengambil barang-barangnya sebanyak 16 koli di Cargo Garuda. Saya benar-benar awam mengenai hal ini, begitupun suami saya. Akhirnya berbekal dari google, saya menghubungi contact center Cargo Garuda untuk menanyakan lokasi pengambilan barang di Bandara Soekarno Hatta. Bagi yang belum tahu, saya share ya lokasinya, yaitu arah terminal 3, setelah bunderan batu belok kiri, kemudian ada tulisan terminal cargo dan melewati terowongan kemudian belok kiri lagi. Setelah itu, ikuti sign yang ada, dan lokasinya tepat di sisi kiri bersebelahan dengan kantor pos Indonesia. Adapun lokasi customer service Cargo Garuda berada di gudang 510. Semoga cukup jelas ya.

Lanjut lagi yaa...

Nah, karena barang yang diangkut cukup banyak, akhirnya kami memesan GO-BOX. Ihhh...i really appreciated it. Fast response pisan. Ini yang disebut inovatif, ketika inovasi tersebut sangat mudah diaplikasikan. Jujur saja, saya pertama kali menggunakan fitur dari Go-Jek. Biaya yang harus dikeluarkan juga sudah sangat jelas di awal, jadi klik order apabila user menerima biaya yang tercantum. Akhirnya, kami (saya,suami dan baby ihsaan) kopdar sama mamang GO-BOX di area cargo garuda. Oohh...langkah selanjutnya apa ya? Saya mencoba melihat hiruk pikuk yang ada disitu. Okay, langkah pertama adalah antri di loket yang bertuliskan 'CARGO GARUDA' untuk mendapatkan Delivery Order a.k.a DO yang kemudian kita mengantri kembali ke kasir untuk membayar sejumlah biaya (doc charge, sewa gudang, dll). Ow ow...suami tidak membawa uang cash dalam jumlah banyak, karena tidak tersedia layanan gesek atau menggunakan debit card.

Hmm...pergilah suami saya ke ATM di dekat situ sembari membeli sarapan untuk saya (buru-buru jadi ga sempet sarapan deh). Akhirnya ketika dibayarkan disebut 381.700, saya berikan uang 400 ribu dan diberi kembali 17ribu, ada yang keliru menghitung uang kembalian sepertinya. Tapi saya tidak heran, karena bapak yang mengantri di depan saya juga diminta uang 15 ribu padahal tertera pada dokumennya 13ribu sekian. Nominalnya memang sangat kecil, hanya sekitar 1-2ribu yang apabila dikalikan 100 transaksi dalam sehari hanya akan diperoleh 1-2 ratus ribu, lain halnya ya kalau dikali 30 hari dalam sebulan. Tapi, sangat disayangkan keberkahan mencari  rizki yang halal harus ternodai hanya karena uang recehan. Semoga memang mas-mas yang di loket kasir itu hanya keliru menghitung kembalian ya, semoga. Aamiin.

Setelah soal bayar-membayar selesai. Kami pergi ke bagian pergudangan dan menyerahkan lembaran lembaran berwarna putih dari dokumen DO ke bagian gudang dan menunjukkan lembaran biru ke sekuriti pada saat meninggalkan area cargo. Setelah barang-barang selesai diangkut ke dalam mobil box, seseorang dari bagian gudang "mepet" terus memberi sinyal kepada suami untuk memberi uang tip, suami mengeluarkan uang sebesar 10 ribu, setelah itu seorang porter berseloroh, "Pak, saya pak porter." Lalu, saya yang menimpali, "bukannya NO TIPPING." dengan nada datar. Si porter pun menyengir malu lalu pergi dari hadapan kami. Ternyata hal tersebut tidak memundurkan niat sang sekuriti. Karena sekuriti terus berkicau "mepet' kami juga. Setelah kami pamit pergi, suami pun menitipkan sedikit untuk sang sekuriti. Hmm.. rasa nggak enak kali ya pak suami dengan pak sekuriti. Ternyata setelah pak suami check in di foursquare, banyak testimoni yang muncul dan highlightnya adalah "Prepare for ilegal fee". Ho hi ho...

Semoga semua bisa lebih profesional ya, bagi si penyedia jasa maupun si pengguna jasa. Hal ini diawali dengan rasa ga enakan yang berujung pada kebiasaan menerima bagi si penyedia jasa, jadi kalau ga nerima "uang lebih" berasa ga afdol gitu. Hmmm..nanti pas sekalinya ada yang ga ngasih, si penyedia jasa ngerasa ga ikhlas. Hmmm...yuuk ah profesional. NO TIPPING bener-bener NO TIPPING. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar